Mitos adalah hasil dari rasa ingin tahu yang tinggi namun di batasi oleh keterbatasan akal (rasional) dan keterbatasan indera. Karena tidak semua pertanyaan dapat di jawab melalui pengalaman atau pengamatan. Sehingga manusia mereka-reka hal yang belum pasti tersebut dan menimbulkan hal yang di namakan, mitos.
Banyak cerita mitos di sekitar kita, mitos tesebut sudah tersebar sejak zaman dahulu dan di yakini secara turun temurun. Berikut saya akan memaparkan beberapa mitos yang saya ketahui dan ada di sekitar saya:
1. Prabu Siliwangi dan Mitos Maung bagi Masyarakat Sunda
Dalam kebudayaan masyarakat sunda, maung atau harimau tidak asing lagi layaknya simbol. Bahkan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat sunda dan eksistensi masyarakat sunda di korelasikan dengan simbol maung, baik secara verbal maupun non verbal. Contohnya saja: nama daerah (Cimacan), simbol Komando Daerah Militer (Kodam) Siliwangi, hingga julukan bagi klub sepak bola kebanggaan warga kota Bandung (Persib) yang sering dijuluki Maung Bandung.
Simbol maung ini terkait dengan menghilangnya Prabu Siliwangi dan Kerajaan Padjajaran pasca penyerbuan ke kerajaan islam. Di kaabrkan bahwa Prabu Siliwangi meninggalkan pesan yang di namakan “wangsit Siliwangi”. Pesan tersebut mengatakan “Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung”
Wangsit tersebut menjadi semacam keyakinan bahwa Prabu Siliwangi telah bermetamorfosa menjadi maung (harimau) setelah tapadrawa (bertapa hingga akhir hidup) di hutan belantara. Selain itu, wangsit tersebut juga menjadi pedoman hidup bagi sebagian orang Sunda yang menganggap sifat-sifat maung seperti pemberani dan tegas, namun sangat menyayangi keluarga sebagai lelaku yang harus dijalani dalam kehidupan nyata.
2. Mitos Dewi Padi dalam Masyarakat Sunda
Dewi Sri atau biasa di ketahui sebagai Dewi Padi adalah Dewi Pertanian dan Dewi Kesuburan tanah Jawa. Pemuliaan dan pemujaan pada-Nya telah ada sejak zaman dahulu. Biasanya masyarakat sunda mengadakan acara perayaan contohnya Seren Taun yang di lakukan setiap tahunnya sebagai bentuk memberkati bibit padi yang akan di tanam dan yang akan di panen.
Di perayaan ini masyarakat sunda biasanya menyanyikan pantun atau kidung seperti pangemat atau angin-angin.Kidung yanyian ini di maksudkan sebagai pemanggilan Dewi Sri agar sudi untuk turun ke bumi dan memberkati bibit padi, memberkati para petani padi agar senantiasa sehat, dan juga sebagai upacara tolak bala sebagai bentuk menjauhkan kesialan yang mungkin dapat menimpa para petani padi.
Terdapat kepercayaan tersendiri kalau saat memanen padi tidak di bolehkan menggunakan golok atau arit, melainkan menggunakan ani-ani. Ani-ani adalahpisau kecil yang sangat tajam namun dapat di sembunyikan di telapak tangan. Hal ini di percaya karena Dewi Sri sendiri di ketahui sebagai sosok yang lembut dan berjiwa halus sehingga mungkin akan ketakutan saat melihat golok atau arit. Selain itu padi yang di panen juga harus di perlakukan secara baik dan lembut karena merupakan perwujudan dari Dewi Sri sendiri, sehingga tidak boleh di kasari.
3. Mitos Ikan Dewa di CIbulan, Cirebon
Terdapat suatu objek wisata di daerah cirebon, di tempat itu terdapat kolam renang yang uniknya kita dapat berenang bersama ikan-ikan yang ukurannya beragam. Konon di katakan jika ikan tersebut adalah ikan dewa.
Konon ketika kolom renang tersebut di kuras, ikan yang ada di dalamnya akan menghilang dan berpindah ke Kolam Cigugur. Mitos yang berkembang di masyarakat adalah bahwa ikan-ikan Dewa yang ada di dalam kolam Pemandian Air Dingin Cibulan ini adalah prajurit-prajurit yang membangkang pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi sehingga mereka dikutuk oleh Prabu Siliwangi menjadi ikan. Konon ikan-ikan dewa ini dari dulu sampai sekarang tidak pernah bertambah ataupun berkurang jumlahnya. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda itu, sampai dengan saat ini tidak ada yang berani mengambil ikan ini karena dipercaya bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan-ikan tersebut niscaya akan mendapat kemalangan. Dan di katakan bagi yang berenang di kolam tersebut dan tergores oleh sirip ikan tersebut maka akan mendapatkan keberuntungan.
4. Mitos Kepiting Emas di Tujuh Sumur
Ketujuh mata air tersebut berbentuk kolam-kolam kecil yang masing-masing memiliki nama, yaitu Sumur Kejayaan, Sumur Kemulyaan, Sumur Pengabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kemudahan, dan Sumur Keselamatan. Konon, terdapat kepiting emas di dalam salah satu kolam tersebut. Bila sedang mujur, pengunjung yang bisa melihat kepiting itu permohonannya akan terkabulkan.
Letak ketujuh mata air tersebut mengelilingi sebuah petilasan yang konon merupakan petilasan tempat Prabu Siliwangi beristirahat sekembalinya dari Perang Bubat. Petilasan itu berupa susunan batu seperti menhir dan dua patung harimau loreng, lambang kebesaran Raja Agung Padjadjaran. Tujuh Sumur dan Petilasan Prabu Siliwangi ini akan ramai dikunjungi orang untuk berziarah pada malam Jumat Kliwon atau selama bulan Maulud dalam penanggalan Hijriah. Masyarakat percaya bahwa air dari Tujuh Sumur membawa berkah dan dapat mengabulkan permohonan mereka.
Dari cerita di kampung ibu saya yaitu di daerah Cirebon, Jawa Barat
5. Mitos Palasik di Masyarakat Minangkabau
Apakah itu ” Palasik ” ? Bagi anda yang berasal dari daerah Sumatera Barat tentu sudah akrab dengan istilah ini. Tapi bagi anda yang bukan berasal dari Minangkabau, palasik merupakan istilah yang mungkin asing bagi anda.
Palasik adalah mitos dan mistis yang masih top sampai sekarang. Menurut cerita yang berkembang secara turun temurun di Minangkabau, palasik adalah orang yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi dan dengan ilmunya ini palasik dipercaya dapat menghisap darah anak-anak, balita bahkan janin yang berada di dalam kandungan. Makanya banyak ibu-ibu di Minangkabau yang merasa takut untuk membawa keluar rumah bayi atau balitanya dan jika memang mendesak biasanya ibu-ibu memasang jimat penangkal pada salah satu bagian tubuh anaknya.
Saya sendiri menceritakan ini karena memiliki pengalaman larangan saat saya pulang kampung ke Padang saat masih kecil. Pada saat itu nenek saya selalu melarang saya dan adik saya untuk keluar rumah terutama pada jam-jam tertentu. Dan juga mengharuskan kedua orang tua saya untuk lebih menjaga saya dan adik saya. Orang tua saya pun hanya mengikuti perintah dari nenek saya walaupun masih percaya tidak percaya.
Di katakan bahwa palasik diyakini sebagai ilmu yang menurun dalam sebuah keluarga. Jika orang tuanya palasik, maka otomatis anaknya juga palasik dengan syarat harus menjalankan sebuah ritual terlebih dahulu. Konon menurut cerita, di masa lampau orang yang memiliki ilmu palasik harus menikah dengan palasik juga, dan mereka terasing hidup dalam komunitas tersendiri. Tapi pada masa sekarang palasik sukar untuk dikenali sehingga mereka bebas hidup dalam masyarakat. Cara palasik mengaplikasikan ilmunya adalah dengan menghisap darah melalui ujung jempol kaki mangsanya, menyapa mangsa atau dapat juga dengan menatap dalam-dalam mangsanya. Jika seorang palasik berhasil melakukan aksinya, maka si anak yang jadi mangsanya akan mengalami panas tinggi, kejang-kejang, muntah, diare yang berkepanjangan dan mata yang selalu mengeluarkan kotoran. Apabila tidak segera di obati ke orang pintar maka bisa berakibat fatal, si anak bisa meninggal dunia.
Nyata atau tidaknya mitos yang ada di atas, merupakan bagian dari kekayaan mitos dan mistis yang dimiliki negeri kita ini. Berserah diri dan berlindung kepada-Nya merupakan jalan terbaik agar terhindar dari segala marabahaya.
Nama: Adilla Novita H
Kelas: 1PA12
NPM: 10516168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar