Nama
: Gading Sari Wulandari
Kelas
: 1PA12
NPM
: 12516942
Rangkuman Perkembangan Ilmu Alam
Pada tanggal 4 April 2017 saya
belajar dengan Ibu Intan tentang Perkembangan Ilmu Alam. Beliau menjelaskan
pertama kali tentang tahap-tahapnya, yaitu ada dua tahap, tahap deskriptif
& kualitatif dan juga tahap simulatif & kuantitatif. Yang saya akan
jelaskan pertama tentang tahap deskriptif & kualitatif. Sesuai yang
dibilang Ibu Intan tahap ini mengutamakan penilitian observasi (pengamatan) dan
pencatatan. Kita mengamati dan mencatat segala sesuatu pada berbagai gejala
alam. Setelah dicatat semuanya kemudian dicari persamaan dan perbedaannya. Lalu
disederhanakan kemudian diklasifikasikan. Tahap yang kedua adalah tahap
simulatif & kuantitatif. Yang dimaksud dengan perkembangan ilmu alam pada
tahap simulatif adalah di mana perkembangan ilmu alam tersebut pada tahp
menirukan atau mengulangi peristiwa alam tertentu. Sedangkan pada tahap
kuantitatif perkembangan ilmu alam sudah dengan penggunaan matematika sehingga
meningkatkan kecermatan, ketepatan, dan hasilnya mendekati suatu kebenaran. Selanjutnya
ada metode ilmu alam. Metode ilmu alam terbagi menjadi dua, yaitu rasionalisme
& empirisme. Rasionalisme itu adalah metode dasar atau pola pikir untuk
mencari sebuah kebenaran yang secara ilmiah menggunakan akal kita. Metode ini
hanya memerlukan kemampuan akal pikiran tanpa perlu adanya fakta-fakta. Tetapi metode
seperti ini memiliki kelemahan, karena metode ini tidak didukung oleh
fakta-fakta yang ada, hanya dengan kemampuan akal pikiran, sehingga setiap
orang percaya dengan kebenaran yang diyakini sendiri-sendiri. Kemudian empirisme,
empirisme adalah semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Pada empirisme
ini pengetahuan lebih mengutamakan pengalaman manusia yang melalui pengetahuan
indera mereka. Pengetahuan tersebut bersifat konkrit atau nyata karena
diungkapkan langsung melalui indera manusia. Seperti contoh Isaac Newton yang
menemukan teori gaya gravitasi. Awal dari penemuannya adalah saat ia melihat
pohon apel, dan kemudian ia melihat buah apel jatuh dari pohonnya. Dari situ ia
berpikir mengapa semua benda jatuh ke bawah tidak jatuh ke atas? Lalu terciptalah
teori gaya gravitasi. Selanjutnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah terbagi
menjadi empat yaitu, obyektif, metodik, sistematik, & berlaku umum. Pertama
adalah obyektif. Obyektif artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya
maksudnya bahwa pengetahuan dapat dibuktikan dengan hasil penginderaan. Kemudian
metodik. Artinya pengetahuan itu didapatkan dengan menggunakan cara-cara
tertentu dan terkendali. Sistematik, artinya pengetahuan itu disusun dalam
suatu sistem, tidak berdiri dengan sendirinya, satu sama lain saling berkaitan,
saling menjelaskan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Berlaku umum,
artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh beberapa
orang saja, tetapi semua orang dapat melakukan percobaan yang sama akan
memperoleh hasil yang sama. Seperti contoh, melalui teropong milik Galileo ia
menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tidak hanya berlaku
untuk Galileo saja, tetapi untuk semua orang yang apabila menggunakan
teropongnya akan mendapatkan pengetahuan yang sama seperti Galileo. Selanjutnya
langkah-langkah metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah ada empat yaitu,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis & penarikan
kesimpulan. Yang pertama adalah perumusan masalah, ini adalah langkah awal dari
metode ilmiah. Merumuskan masalah bertujuan untuk memperjelas sebuah masalah. Dengan
cara memberikan beberapa pertanyaan terhadap masalah yang diteliti. Beberapa pertanyaannya
seperti apa, mengapa, dan bagaimana. Kemudian penyusunan hipotesis adalah
jawaban sementara atau dugaan sementara jawaban pertanyaan yang diberikan. Pengujian
hipotesis, pengujiannya itu dengan cara mengumpulkan fakta-fakta yang sesuai
dengan hipotesis yang diajukan untuk mengetahui apakah fakta mendukung
hipotesis itu atau tidak. Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah
sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Jika fakta-fakta
mendukung sebuah hipotesis maka hipotesis itu diterima, sebaliknya jika fakta
tidak mendukung maka hipotesis ditolak. Kemudian berikutnya ada sarana berpikir
ilmiah. Ada empat sarana berpikir ilmiah yaitu, bahasa, logika, matematika
& statistika. Yang pertama adalah bahasa. Bahasa merupakan hasil dari akal
dalam memahami sesuatu yang dapat diketahui oleh orang lain dengan kata lain
bahasa merupakan ungkapan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi
manusia. Kemudian logika. Logika merupakan sarana untuk berpikir secara
sistematis, nyata, dan dapat dipertanggung jawabkan. Lalu matematika. Matematika
merupakan bahasa buatan yang bersifat eksak, cermat, dan terbebas emosi. Statistika
merupakan sarana berpikir untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika
membantu mengumumkan dan menyimpulkan suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan. Selanjutnya adalah penginderaan. Penginderaan merupakan
hal terpenting dari metode ilmiah. Jika suatu metode ilmiah tidak dapat
diinderakan maka itu bukan suatu metode ilmiah. Manusia memiliki beberapa jenis
indera yang sama dengan hewan atau tumbuhan, yang dibedakan dengan kecerdasan
dan pola pikir. Terkadang penginderaan sangat sulit dan membutuh waktu dan uji
coba yang lama dan berkali-kali. Setelah itu juga harus dikontrol dan dicek
kembali karena kemampuan penginderaan manusia dapat berubah dan terbatas. Yang
terakhir peningkatan penginderaan. Yang pertama itu dengan latihan. Dengan latihan
penginderaan dapat dipergunakan sebagai metode ilmiah, agar tidak salah dalam
penelitian. Kemudian harus adanya pengecekan, karena dikhawatirkan saat sedang
melakukan penilitian terjadi kesalahan pada penginderaan. Peningkatan juga bisa
dengan melakukan uji coba penginderaan dalam kondisi yang dikontrol. Sekian
rangkuman yang saya buat dari materi yang sudah disampaikan oleh Ibu Intan pada
tanggal 4 April 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar