TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
IVA DHIANDRA RITMAYOLA
1PA12 / 13516628
1.
Jelaskan pengertian manusia dan keadilan menurut pendapat anda!
Manusia disebut sebagai
makhluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia mempunyai akal budi yang
diberikan oleh Tuhan agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak
benar, juga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
pemimpin di muka bumi ini. Selain itu juga manusia juga disebut sebagai
“makhluk sosial” yaitu dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup
berdampingan antara individu satu dengan individu yang lain.
Keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan
memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan
juga tidak memihak kepada siapapun. Keadilan adalah perlakuan yang sama tanpa
memandang ras, suku, agama, bangsa, dll. Keadilan adalah perlakuan yang
seimbang tanpa memihak ke siapapun. Jika kata adil di telaah dalam Al-Qur’an,
keadilan berasal dari akar kata ‘adl, itu, yaitu sesuatu yang benar, sikap
tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil
keputusan(“hendaknya kalian menghukumi atau mengambil keputusan atas dasar
keadilan)
2.
Carilah sebuah kasus yang berkaitan dengan manusia, kebudayaan, dan keadilan.
(Kasus dalam kehidupan nyata atau sebuah dalam film)
a.
Cantumkan judul kasusnya.
b.
Buatlah sinopsis dari kasus yang akan dibahas.
c.
Analisislah apa yang menjadi akar permasalahan dalam kasus tersebut!
d.
Keadilan seperti apa yang diterapkan dalam kasus tersebut!
Jawab:
a.
Judul Film : Law Abiding Citizen
Pemain :
Jamie Foxx, Gerard Butler, Leslie Bibb, Christian Stolte
b.
Sinopsis
Clyde Shelton (Gerard Buttler) pernah mengalami masa-masa
indah dalam hidupnya ketika ia bersama seorang anak dan seorang istri yang
sangat dia cintai. Tanpa ia sangka, kebahagiaan itu kemudian hilang karena
direbut oleh dua orang penjahat yang membunuh anak dan istrinya itu.
Proses peradilan
kemudian dilakukan terhadap dua pelaku pembunuhan tersebut. Tetapi, salah satu
dari pelaku pembunuhan tersebut berjanji kepada jaksa Nick Rice (Jamie Foxx)
akan memberikan kesaksian yang memberatkan kepada satu temannya lagi dengan
syarat agar dia memperoleh keringanan hukuman. Tanpa diduga oleh Shelton,
permintaan pelaku tersebut dipenuhi. Hal ini tentu saja membuat Shelton geram
dan kemudian merancang suatu aksi balas dendam terhadap kedua pelaku tersebut.
Tindakan balas dendam
ternyata tidak hanya sampai di situ. Shelton tidak puas dengan hanya membunuh 2
orang pembunuh istri dan anaknya tersebut. Shelton akan membunuh semua orang
yang berhubungan dengan kasusnya itu dengan alasan memberikan pelajaran
terhadap kesalahan masa lalu yang dilakukan oleh Nick yang melakukan perjanjian
terhadap orang yang terbukti bersalah sebagai pelaku pembunuhan keluarga
Shelton. Shelton mengancam Nick akan membunuh rekan-rekan kepolisian Nick
apabila Nick tidak mampu untuk memperbaiki sistem peradilan yang ada.
Jeniusnya, walaupun
Shelton dijebloskan ke penjara karena telah melakukan serangkaian aksi
pembunuhan, tetapi, ternyata ia masih mampu melakukan pembunuhan terhadap
orang-orang yang ingin dia bunuh guna menuntaskan rasa kepedihan dan sakit
hatinya terhadap hukum yang dia rasa tidak adil itu.
c.
Akar Permasalahan
Film ini selanjutnya berkisah tentang bagaimana usaha
Clyde Shelton menemukan keadilan untuk kematian istri dan anaknya. Namun,
persoalanya tidak semudah yang dipikirkan oleh Shelton. Jaksa yang bertugas
untuk mengawal kasus Shelton yaitu Nick Rice (Jamie Foxx) kesulitan untuk
mencari bukti. Bukti-bukti yang didapat tidak cukup untuk menjerat tersangka,
Clarence Darby dan Rupert Ames, dengan vonis mati.
Rice lalu membuat
berkas terpisah dengan harapan salah satu pelaku akan berperan sebagai saksi
bagi tersangka lainnya. Ia berhasil. Darby kemudian mengambil peran itu dengan
bersaksi bahwa pelaku pembunuhan adalah Ames. Darby pun mendapatkan kompensasi
bahwa ia tidak akan dihukum mati.
Mengetahui hal tersebut
membuat Shelton kecewa karena ia melihat dengan jelas bahwa pelaku pembunuhan
sebenarnya adalah Darby. Ia lalu mengajukan protes kepada Rice. Rice pun
menyadari apa yang dilakukannya akan tetapi persoalannya adalah bukan apa yang
diketahui oleh Shelton namun apa yang dapat dibuktikan di pengadilan. Untuk
itulah ia melakukan negosiasi. Putusan pengadilan akhirnya keluar. Darby
dihukum kurang lebih 5 tahun sedangkan Ames di vonis mati.
Alur cerita kemudian
berkisah sepuluh tahun setelah putusan pengadilan. Dengan bekal sepuluh tahun,
Shelton mempelajari seluk-beluk hukum. Dengan modal demikian, ia mencoba untuk
memperbaiki hukum melalui caranya sendiri. Skenario pun ia buat dengan matang.
Bermula dengan mensabotase pelaksanaan vonis mati Ames dan merekam pembunuhan
Darby, ia seolah ingin menyerahkan diri untuk ditangkap dan diadili.
Shelton akhirnya
berhasil ditangkap. Namun, Rice -yang bertindak sebagai jaksa- kembali
mengalami kesulitan untuk mendapatkan bukti untuk mendakwa Shelton. Pada saat
itulah Rice mengulangi perbuatanya dengan melakukan negosiasi kepada Shelton
dengan mengharapkan pengakuan pembunuhan. Dengan lugas Shelton mengulangi apa
yang pernah diucapkan Rice sepuluh tahun lalu kepadanya, “this is not about
what you know, this is what you can prove in court.”
Saat berada di dalam
penjara Clyde masih sempat mengancam Nick Rice untuk memperbaiki kesalahan yang
ia lakukan sepuluh tahun silam atau satu per satu orang yang terlibat akan
mati. Meski berada di balik jeruji besi, Clyde ternyata terbukti mampu
melaksanakan niatnya itu. Kini tanggung jawab berada di pundak Nick karena
hanya Nick yang bisa menghentikan serangkaian pembunuhan itu.
d.
Keadilan seperti apa
Film “Law Abiding Citizen” berkisah tentang pembantaian
terhadap keluarga Clyde Shelton. Istri dan anaknya dibunuh secara sadis. Dua
pelaku pembunuhan itu -Clarence Darby dan Rupert Ames- akhirnya dibawa ke meja
hijau.
Darby adalah pelaku
utama yang menikam pisau ke tubuh korban dan Ames berperan sebagai medepleger (turut
serta). Kasus ini ditangani oleh jaksa penuntut umum yang sedang naik
daun, Nick Rice yang diperankan oleh aktor Jamie Foxx.
Rice kesulitan untuk
mendapat bukti yang kuat untuk menjerat kedua pelaku tersebut dalam menangani
kasus ini. Rice pun terpaksa melakukan bargainingdengan salah seorang
terdakwa, Darby. Berkas perkara Darby dan Ames memang dipisah dalam
persidangan. Darby didaulat menjadi saksi mahkota dalam berkas perkara Ames.
Alhasil, Ames dijatuhi vonis hukuman mati. Sedangkan Darby hanya divonis lima
tahun penjara.
Dalam sebuah penanganan
perkara, penggunaan
saksi mahkota memang kerap dilakukan. Bila ada dua terdakwa
atau lebih yang melakukan pembunuhan, berkas
perkaranya dipisah dalam persidangan. Tujuannya agar
masing-masing terdakwa 'diadu' untuk memberikan kesaksian yang memberatkan satu
sama lain. Inilah yang disebut sebagai saksi mahkota.
Praktik ini diikuti
dengan plea bargain,
yakni jaksa memberi tuntutan hukuman yang ringan bagi terdakwa yang berperan
sebagai saksi mahkota. Praktik plea bargain memang sangat
dikenal dalam criminal justice system di Amerika Serikat .
Clyde -diperankan oleh
aktor Gerard Butler- tentu saja kecewa berat dengan hasil sidang pengadilan.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas bagaimana Darby menikam istri dan anaknya
hingga tewas. Namun, hukuman yang diterima Darby hanya lima tahun penjara. Ia
juga sangat kecewa dengan tindakan Rice karena sudah berulangkali diingatkan agar
tidak melakukan bargaining dengan terdakwa.
Namun, Rice justru
memberi alasan yang membuat miris dunia peradilan. “Beginilah sistem hukum dan
peradilan kita bekerja,” ujar Rice. Ia beralasan, bila bargaining tidak
dilakukan maka dua terdakwa justru akan divonis bebas. Meski Clyde yakin Darby
melakulan pembunuhan, tetapi bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk
membuktikan itu. Clyde harus menerima kenyataan bahwa hukum adalah pembuktian
di ruang sidang.
Film ini semakin seru
saat mengambil latar kejadian 10 tahun setelah penjatuhan vonis tersebut. Clyde
mulai merancang sebuah peradilan jalanan sebagai ajang balas dendam. Darby
dibunuh secara sadis. Tubuhnya dimutilasi hingga menjadi 25 bagian. Namun, ia
melakukannya tanpa meninggalkan bukti apapun.
Waktu 10 tahun memang
digunakan Clyde yang seorang insinyur untuk belajar hukum. Buku anotasi
putusan-putusan Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat pun ia santap. Ia tahu
betul hak-hak yang dimilikinya bila kelak menjadi tersangka atau pun terdakwa.
Dan yang lebih penting lagi, ia paham bahwa terdakwa baru bisa divonis bersalah
bila terdapat bukti-bukti yang cukup kuat. Clyde pun sangat tenang saat
ditetapkan sebagai terdakwa. Rice kembali menjadi jaksa penuntut umum untuk
kasus ini.
Clyde memang ditahan
selama proses pemeriksaan. Namun, itu tak mengurungkan niatnya untuk terus
melakukan pembunuhan. Sejumlah orang yang dianggapnya terlibat dalam penjatuhan
vonis ringan terhadap pembunuh istri dan anaknya satu persatu mati terbunuh.
Clyde memang cukup cerdas melakukan semua itu dari dalam tahanan. Karenanya,
salah satu tagline film ini adalah “How do you stop a killer who is
already behind bars?”
Keadilan
yang ada dalam film ini adalah saat Clyde Shelton berusaha untuk mengungkapkan
kebenaran yang harus di tunjukkan di muka hukum bahwa hukuman yang didapatkan
tersagka tidaklah seimbang dengan apa yang dia alami dan dia rasakan. Vonis hakim
yang diberikan kepada tersangka tidaklah tepat. Disini, Clyde menjunjung tinggi
keadilan dan tidak menyerah untuk menunjukkan yang terjadi sebenarnya. Clyde mencai
cara agar semua yang dia alami juga dirasakan pada pihak-pihak yang
bersangkutan dengan kasus yang sedang dihadapinya ini. Clyde sangat menyayangi
istri dan anaknya, namun sayangnya hal tragis terjadi pada sang istri dan
anaknya yang dibunuh oleh kedua orang yang menjadi pelaku di kasus ini namun
mendapatkan hukuman yang tak sebanding. Clyde lalu membalaskan dendam nya
dengan membunuh orang-orang yang berkaitan dengan kasus ini.
Daftar Pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar