TUGAS ILMU BUDAYA
DASAR# 2
Nama : Eni Setiawati
NPM : 12516338
Kelas : 1PA12
Pengertian manusia
menurut pendapat saya :
Manusia
merupakan mikrokosmos karena di dalam dirinya terdapat semua unsur kosmos yang
tersebar dan berdiri masing-masing. Merupakan satu-satunya makhluk Tuhan yang
paling sempurna diantara makhluk-makhluk yang diciptakanNya. Manusia merupakan
makhluk yang terdiri dari unsur-unsur jasadi, hewani, nabati, insani, dan
ruhani atau rabbani.
Jasad
atau badan yang terbuat dari tanah dan akan kembali ke tanah. Hewani, yang
hidup dan beraktivitas dengan dukungan indra dan insting. Nabati, yang selalu
berkeinginan untuk tumbuh dan
berkembang. Insani, yang memiliki daya intelektualitas yang disebut sebagai
akal yang bertumpu pada otak. Serta ruhani atau rabbani, yang memiliki kendali
atas unsur-unsur sebelumnya, yaitu keyakinan yang tinggi terhadap adanya suatu
Dzat yang telah menciptakan dirinya sebagai suatu makhluk yang utuh dan
memiliki kesadaran akan pentingnya keimanan untuk selalu taat pada aturan dan
menghamba kepada Tuhan.
Sumber
: Hidayat, Komaruddin. 2015. PSIKOLOGI
KEBAHAGIAAN. Jakarta: Noura Books.
Cinta
kasih menurut saya :
Cinta
adalah sebuah rasa suka dan ketertarikan yang mendalam yang ada pada tiap-tiap
jiwa manusia sebagai anugerah dari Tuhan. Cinta merupakan pengorbanan dan
kepedulian yang tiada habis.
Sedangkan
kasih merupakan wujud dari perasaan cinta itu sendiri. Kasih adalah bentuk
ketulusan dan pengabdian tanpa pamrih. Kasih adalah satu-satunya tindakan yang
manusia yakini, ketika mereka memberi dan membagi kepada makhluk hidup lainnya,
tak akan ada yang habis ataupun berkurang dari dirinya, justru akan memperkaya
kebahagiaan dan memberikan kedamaian bagi jiwanya.
Cinta
kasih merupakan asupan wajib bagi hati tiap makhlukNya yang bernyawa. Hati yang
tidak diisi dengan perasaan cinta dan tindakan kasih akan kering dan menularkan
penyakit pada pikiran dan jasad tiap individu karena tak akan ada gairah untuk
sekadar menikmati atau melanjutkan hidup. Cinta kasih merupakan tali yang
mengikat setiap makhlukNya untuk saling bergantung, kunci dari sebuah
perdamaian, keajaiban yang dapat menciptakan keselerasan serta keharmonisan
hidup, dan kestabilan semesta.
Kebudayaan
adalah :
Kebiasaan
atau tindakan hasil dari pemikiran manusia yang dinilai baik atau buruk, perlu
dan tidak perlu untuk mendukung keberlangsungan hidup bagi sebagian masyarakat
yang dilakukan secara berulang yang kemudian mereka sepakati untuk dijadikan
sebuah rutinitas. Bersifat turun-temurun dan telah mengakar di dalam pikiran
dan hati masyarakat tersebut.
Hubungan
antara manusia, cinta kasih, dan kebudayaan :
Manusia,
cinta kasih, dan kebudayaan merupakan bentuk keselarasan semesta. Manusia
terlahir karena adanya cinta kasih. Dan kebudayaan tercipta karena adanya
manusia. Manusia tak bisa terlepas dari kebergantungan terhadap manusia lain,
saling berinteraksi, bertukar pikiran dan berpendapat. Pada dasarnya setiap
manusia menginginkan perasaan damai dan suasana nyaman. Keinginan itulah yang membuat
mereka saling bersikap peduli terhadap satu sama lain untuk menciptakan suasana
yang menyenangkan. Berawal dari kepedulian menjadi saling terikat. Secara
alamiah rasa cinta kasih itu akan tumbuh karena terbiasa bersama. Cinta kasih
diantara manusia menghasilkan cipta, rasa, dan karsa. Kebudayaan dapat tercipta
sebagai bentuk perwujudan cinta kasih manusia terhadap sesama dan juga cinta
kasih manusia terhadap Tuhan. Banyak juga kebudayaan yang tercipta karena suatu
bentuk kebersyukuran seorang hamba terhadap nikmat Tuhannya.
Contoh
Kebudayaan Cinta Kasih terhadap Sesama Manusia
GUGUR
GUNUNG WUJUD GOTONG ROYONG MASYARAKAT GUNUNGKIDUL
Gugur
gunung memiliki arti suatu kerja yang dilakukan secara bersamaan tanpa
mengharap imbalan, jadi lebih mirip dengan kerja bakti atau gotong royong. Istilah
gugur gunung banyak dipakai dalam keseharian masyarakat Jawa. Di daerah
Gunungkidul sendiri Gugur gunung merupakan wujud gotong royong yang telah lama
ada di masyarakat Gunungkidul.
Seperti
kebanyakan daerah di nusantara, mulai dari ujung Indonesia timur sampai ujung
barat tentu saja memiliki kekhasan tersendiri dalam memahami sebuah kerjasama
dalam kehidupan masyarakat. Baik dalam bentuk kerjasama swadaya yang bertujuan
membangun sarana umum ada juga yang berbentuk kepedulian masyarakat dalam membangun sarana pribadi didasarkan pada kesamaan
keinginan untuk saling membantu tanpa mengharapkan upah akan tetapi bermodalkan
saling membantu dan mewujudkan kerukunan bersama.
Selain
karena latar belakang masyarakat tradisional cenderung lebih giat melakukan
gotong royong akan tetapi kegiatan ini merupakan wujud rasa persaudaraan sejati
yang akhir-akhir ini mulai tergerus oleh arus budaya dan aktivitas manusia yang
cenderung padat. Buntut dari arus modernitas ini menjadikan keengganan
masyarakat untuk saling membantu dan mereka lebih menyukai penilaian hasil
kerja keras dengan “uang” dan meninggalkan eksistensi kebersamaan dalam gotong
royong ini. Padahal jika ditelaah manfaatnya justru dengan gotong-royong ini
akan sedikit mengesampingkan individualisme dan materialisme, akan tetapi
mendahulukan kebersamaan daripada sekedar materi.
Sumber
: http://www.gedangsari.com/gugur-gunung-wujud-gotong-royong-masyarakat-gunungkidul.html
Contoh
Kebudayaan Cinta Kasih terhadap Tuhan
ISLAM
DALAM TRADISI DUA KERATON MATARAM
Sekaten merupakan peringatan
kelahiran Nabi Muhammad dalam bentuk ritual upacara adat yang digelar oleh dua
keraton ‘anak’ kerajaan Mataram, yakni Ngayogyakarto Hadiningrat (Yogyakarta)
dan Surakarta Hadiningrat (Solo). Terdapat sejumlah kesamaan dan perbedaan
dalam upacara di dua keraton tersebut.
Menyimak
sejarah versi masing-masing, ditemukan kenyataan bahwa kedua keraton berbagi
cerita sejarah mengenai asal-muasal lahirnya tradisi Sekaten tersebut, yakni
dimulai pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16), dan merupakan sebentuk upaya
dakwah yang dilakukan para Wali melalui pendekatan seni-budaya.
Nafas
seni-budaya sangat terasa dalam ritual upacara adat-keagamaan ini, di mana
gamelan menjadi unsur penting di kedua keraton. Di keraton Yogya, gamelan
Skaten terdiri dari dua perangkat, yakni gamelan Kyai Nogowilogo dan Kyai
Guntur Madu. Di keraton Surakarta, dua perangkat gamelan yang menjadi bagian
dalam ritual Sekaten bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Di dua
keraton tersebut, sejak beberapa hari sebelum 12 Robiul Awal (Maulud) gamelan
akan dimainkan. Bedanya, di keraton Yogya, prosesi dimulai pada tanggal 6
Rabiul Awal (Maulud), sementara di keraton Surakarta sehari lebih awal, yakni 5
Rabiul Awal (Maulud).
Selama
kurang lebih satu minggu, di Masjid Agung masing-masing keraton,
gamelan-gamelan tersebut dimainkan. Selama itu pula seputaran Masjid Agung
ramai dengan hiruk-pikuk pedagang dan warga yang ingin menyaksikan. Dalam
tradisi keraton Yogyakarta, sejak sebulan sebelumnya, biasa juga digelar pasar
malam dalam rangka memeriahkan upacara adat-keagamaan ini, sehingga Sekaten
juga dikenal dengan sebutan Pasar Malam Perayaan Sekaten.
Pada
12 Rabiul Awal (Mulud), pagi menjelang siang, digelar prosesi Gerebeg Gunungan
atau Gerebeg Mulud sebagai puncak Sekaten di masing-masing keraton. Gunungan
sendiri merupakan istilah untuk aneka panganan yang disusun menyerupai gunung,
yang melambangkan kesuburan dan kersejahteraan dua kerajaan Mataram tersebut.
Aneka panganan dalam gunungan berupa hasil bumi, seperti buah-buahan,
sayu-mayur, kue-kue, dan lain sebagainya. Di Keraton Surakarta, sepasang
gunungan utama dikenal dengan sebutan Gunungan Kakung dan Gunungan Putri.
Warga
yang sudah siap sedia sejak subuh tak jarang berebutan untuk mendapatkan aneka
panganan dalam gunungan-gunungan tersebut. Bagi warga di lingkungan keraton,
panganan-panganan itu lebih dari sekedar kudapan, melainkan sesuatu yang
mengandung berkah, yang dianggap bisa membawa perlindungan dan kesejahteraan
bagi yang memakannya.
Sumber
: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1137/sekaten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar