ILMU BUDAYA DASAR
|
TUGAS 3
|
BAGAS ADI PRATAMA
11516290
1PA12
SOAL.
1) Jelaskan
pengertian dari manusia dan keadilan,menurut pendapat anda!!
2) Carilah
sebuah kasus yang berkaitan dengan manusia,kebudayaan,dan keadilaan!!
·
Cantumkan judul.
·
Buat sinopsisnya.
·
Analisis akar permasalahan kasus
tersebut.
·
Keadilan seperti apa yang diterapkan
pada kasus tersebut
JAWABAN.
1) Pengertian
manusia dan keadilan menurut saya,
Manusia
adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna diantara mahluk lainnya, yang
mempunyai akal, pikiran serta hati nurani dan manusia merupakan mahluk hidup sosial
yang membutuhkan orang lain serta memerlukan interaksi dengan orang lain dan
tidak bisa hidup secara individu.
Keadilan
adalah setiap manusia untuk memperoleh apa yang menjadi haknya, dan dengan
tepat menempatkan sesuai apa yang menjadi haknya tersebut.
jika
manusia tinggal disuatu negara,manusia tersebut berhak mendapatkan haknya
secara adil dengan manusia lainnya yang tinggal didalam negara tersebut. Keadilan
memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan
juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang
yang bijaksana.
Dalam
Sila Kedua pun dijelaskan bahwa Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai
sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi.
Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat
dan hak-hak asasinya
atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
Berdasarkan
kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa
menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban
dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.
2) Contoh
kasus yang berkaitan dengan manusia,kebudayaan,dan keadilaan yang akan saya
ambil dari film
Ø “ALANGKAH
LUCUNYA (NEGERI INI)”
Gambar 1.3
Ø Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
merupakan film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar dan didukung oleh sejumlah
pemain seperti Reza rahardian, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo dll. Film yang
sarat akan pesan moral dan kritikan sosial yang tersampaikan dengan apik dari
awal film sampai akhir.
Film ini mengisahkan mengenai Muluk (Reza Rahadian),
seorang pemuda yang mempunyai gelar sarjana management, namun masih belum
menemukan pekerjaan yang tepat untuknya. Akan tetapi, ia tak pernah patah
semangat. Ia selalu mendapat dukungan dari sang ayah, Pak Makbul (Deddy
Mizwar), serta sang kekasih, Rahma. Suatu ketika, saat Muluk sedang melewati
pasar, ia bertemu dengan pencopet cilik yang bernama Komet sedang mencopet
seorang bapak-bapak. Merasa tersinggung karena tahu betapa susahnya mencari
uang, Muluk pun menangkap pencopet itu dan berniat membawanya ke kantor polisi.
Namun urung dilakukannya.
Merasa tertolong karena tidak diadukan ke polisi,
pencopet cilik ini mulai akrab dengan Muluk dan dia membawanya ke markas
pencopet. Lalu, Muluk diperkenalkan dengan Bang Jarot (Tio Pakusadewo) selaku
bos pencopet yang mengurus sekumpulan anak-anak yang pekerjaannya tidak lain
adalah mencopet. Muluk mengajak Bang Jarot dan anak-anak pencopet ini untuk
melakukan kerjasama dengannya. Sebuah kerjasama yang melibatkan ilmu yang
didapatnya dari bertahun-tahun kuliah, yakni manajemen. Ia akan melakukan
sistem manajemen terhadap setiap penghasilan yang didapat dari setiap pencopet
di setiap harinya. Muluk beralasan, dengan cara ini, maka sedikit demi sedikit,
uang tersebut akan terkumpul dan para pencopet cilik tersebut nantinya dapat
membuka sebuah usaha dan tak perlu lagi mencopet.Dengan mengenakan biaya 10% dari
hasil setiap mencopet akan diberikan pada Muluk, Jarot pun setuju menjalani
kerjasama tersebut.
Kemudian dengan bantuan dari dua orang temannya, Pipit
(Ratu Tika Bravani) dan Samsul (Asrul Dahlan), untuk mengajarkan anak-anak
tersebut ilmu kewarganegaraan serta ilmu agama. Hasilnya, kini anak-anak
pencopet tersebut telah menjadi orang yang “berpendidikan”, baik secara sosial
maupun relijius.
Namun, apakah pendidikan mampu membuat mereka untuk
berhenti dari mencopet?
Berbagai kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan cerita film ini, tentu saja merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak rakyat yang seharusnya mereka berikan. Hal ini mampu disampaikan Deddy Mizwar dengan jalan yang lancar, komikal dan dipenuhi anekdot-anekdot politis yang pas ukurannya.
Berbagai kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan cerita film ini, tentu saja merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak rakyat yang seharusnya mereka berikan. Hal ini mampu disampaikan Deddy Mizwar dengan jalan yang lancar, komikal dan dipenuhi anekdot-anekdot politis yang pas ukurannya.
Hasilnya, tanpa disadari oleh setiap penontonnya,
berbagai pendidikan moral nan religius mengalir lancar dalam 100 menit masa penayangan
film ini.
Dengan cemerlang, Deddy Mizwar dapat membungkus
pesan-pesan menusuk tersebut lewat kemasan komedi yang menghibur. Walau
disampaikan dengan tidak serius dan dibawakan lucu oleh para pemainnya, namun
jangan salah, justru formula seperti ini yang biasanya mujarab menyentil hati
nurani kita. Sepertinya tidak ada satu pun yang luput dari kritikan, apalagi
ketika berbicara soal para petinggi negeri ini yang duduk di kursi empuk setiap
harinya. Dengan menggunakan simbol `pencopet`, Deddy Mizwar berusaha
menyampaikan pesan-pesan moral ke dalam film. Dialog-dialog yang hadir
sepertinya secara halus menyentil mereka (para pemimpin negeri) yang tidak lagi
peduli dengan nasib bangsa ini dan mereka yang “betah” memperkaya diri sendiri,
membuang muka dari kenyataan bahwa negeri ini sedang menderita. Mungkin juga
kritikan tersebut akan mampir mengetuk hati nurani kita, setidaknya berharap
bisa sedikit mengingatkan betapa “lucunya” tanah air yang kita tinggali dari
lahir ini.
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) ditampilkan dengan
ringan sehingga mudah mengena kepada para penontonnya. Dengan dukungan barisan
jajaran pemeran yang sangat kuat, naskah cerita yang tampil sederhana dan tidak
berlebihan, serta dukungan teknis berupa tata suara dan sinematografi yang seringkali
mengisi masuk ke dalam jalan cerita yang disampaikan, Alangkah Lucunya (Negeri
Ini) mungkin akan menjadi suatu fenomena tersendiri di industri film Indonesia
dimana film ini mampu berbicara secara kualitas serta dengan mudah akan disukai
para penontonnya.
Ø Akar permasalahan di dalam film ini
terpapar jelas tentang kisah nyata di negeri ini bahwa eksploitasi anak
benar-benar ada dan nampak nyata di negeri. Generasi-generasi muda yang
seharusnya belajar dan mencari ilmu setinggi-tingginya, malah dituntut dan di
ajarkan untuk melakukan sesuatu yang tidak halal, yaitu mencopet.
Mereka jadi terbiasa dan menjadikan pekerjaan
yang tidak halal ini menjadi sesuatu yang menyenangkan dan baik bagi mereka.
Mereka jadi terbiasa dengan kehidupan enak dan santai dengan jalan mencopet dan
malas untuk mencari pekerjaan yang halal seperti mengasong contohnya.
Di dalamnya
juga menggambarkan bahwa kesenjangan social yang ada di masyarakat ternyata
mempengaruhi tingkat pendidikan dari masyarakat itu sendiri. Para masyarakat
yang tidak memiliki tingkat ekonomi yang mencukupi pada kenyataannya
mempengaruhi pendidikan dari masyarakat itu sendiri.
Kebanyakan dari mereka yang tidak memiliki keuangan
yang mencukupi memiliki pendidikan yang rendah, bahkan tidak berpendidikan sama
sekali. Begitu juga dengan orang-orang yang telah memiliki gelar belum
tentu juga mendapatkan pekerjaan atau kehidupan yang layak karena di negeri
ini, uang adalah hal yang paling penting. Segalanya sepertinya dapat
terbayarkan oleh uang.
Di Film ini juga digambarkan bahwa kurangnya lapangan
pekerjaan mempengaruhi tingkat pengangguran dan kriminalitas di negeri ini
dimana orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan atau uang biasanya kebanyakan
menjadi pengangguran, pengamen atau pengemis karena kenyataan di negeri ini
bahwa mencari suatu lapangan pekerjaan itu sangatlah susah dan membutuhkan yang
namanya pengalaman, pendidikan, kekuasaan, dan yang paling utama adalah uang
untuk mendapatkan pekerjaan yang bermakna dan berharga di negeri ini.
Oleh karena susahnya mencari yang namanya pekerjaan
atau lapangan pekerjaan di negeri ini, maka perlu adanya pembangunan paradigm
baru, yaitu paradigm entrepreneurship yang harus dimiliki oleh seluruh generasi
muda. Ini bertujuan agar para generasi muda tidak selalu bergantung pada orang
lain dan berusaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, dengan begitu
di negeri tingkat lapangan kerja dapat bertambah dan tingkat pengangguran,
pengemis dan pengamenpun dapat berkurang.
Ø Ironis memang ketika kita mendapati
salah satu pasal UUD 1954 yaang menyatakan “bahwa fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara” sementara kenyataan yang terjadi pada negara
ini sebenarnya menunjukkan kebalikannya.
Menilik dari sistem komunikasi Indonesia yang
ditonjolkan pada film ini menunjukkan bahwa sampai kapanpun persepsi orang
tentang pencopet tidak akan berubah sekalipun mereka telah mendapatkan
pendidikan akademik maupun agama.
Persepsi seperti inilah yang menyebabkan susahnya
masyarakat negeri ini untuk bergerak maju dan mendapatkan perubahan yang
signifikan. Masyarakat Indonesia sudah terlalu terpaku ada suatu hal yang
mereka nilai dari luarnya sehingga terkadang lupa oleh apa yang sebenarnya
terjadi. Perbandingan yang ditonjolkan pada film ini sebenarnya sangat klasik,
koruptor dan pencopet.
Dan sebaiknya para penegak hukum harus lebih bisa
menegakan hukum yang telah berlaku dan tidak menerima apapun yang akhirnya bisa
untuk meringankan hukuman kepada pelaku yang bersalah.
DAFTAR PUSTAKA
o vioktaviantiii.blogspot.com/2014/11/contoh-kasus-manusia-keadilan.html
o julianoeigo.blogspot.com/2013/01/makalah-analisis-film-alangkah-lucunya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar