Rabu, 02 November 2016

Tugas IBD II RIKAYANTI (Hubungan Antara Manusia, Cinta Kasih, dan Kebudayaan)

Hubungan Antara Manusia, Cinta Kasih, dan Kebudayaan
Oleh: Rikayanti/Psikologi/16516415
                                                                                                       

1.      Manusia, cinta kasih, kebudayaan.
·         Manusia merupakan makhluk hidup yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, yang segambar dan serupa dengan Allah. Memiliki akal budi dan kehendak yang bebas.
·         Cinta kasih merupakan perpaduan dua kata yang memiliki pengertian tersendiri walaupun mengandung arti yang hampir sama. Cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai.
Cinta kasih adalah  rasa sangat suka atau rasa sayang yang tercipta dari hubungan timbal balik antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.        
·         Kebudayaan  merupakan kumpulan tradisi yang tercipta, terkumpul dan terpelihara dalam sebuah masyarakat.

2.     Hubungan antara Manusia, Cinta Kasih dan Kebudayaan
Ada manusia ada cinta kasih maka terciptalah kebudayaan. Hubungan ketiganya sangatlah erat sekali, harus saling berpegangan. Dimana manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan dan cinta kasih itu sendiri. Seperti yang dikatakan Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan dan cinta kasih. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia  mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Oleh sebab itu, manusia harus memiliki rasa suka, atau rasa sayang terhadap suatu budaya, hidupkanlah rasa keinginan untuk memiliki dan mengembangkan budaya itu sendiri. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dalam defenisi yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi ini, dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan itu merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani agar hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, misalnya:
a)      Karya (kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda atau lainnya yang berwujud benda.
b)      Rasa, didalamnya termasuk agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsur ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nila-nilai sosial dan norma-norma sosial.
c)      Cipta merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu:
Ø  Eksternalisasi
Proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
Ø  Obyektivasi
Proses dimana masayarakat menjadi realitas obyektif,  yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
Ø  Internalisasi
Proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

3.     Contoh Kebudayaan yang berkaitan dengan Cinta Kasih terhadap sesama Manusia dan terhadap Tuhan
·         Perayaan Satu Suro di Keraton Yogyakarta dan Surakarta
Masyarakat Jawa khususnya di Yogyakarta dan Solo (Surakarta) masih menjalankan tradisi malam satu Suro, malam tahun baru dalam kalender Jawa yang dianggap sakral bagi masyarakat Jawa. Malam satu Suro sangat lekat dengan budaya Jawa. Iring-iringan rombongan masyarakat atau yang biasa disebut kirab menjadi salah satu hal yang biasa kita lihat dalam ritual tradisi ini. Para abdi dalem keraton hasil kekayaan alam berupa gunugan tumpeng serta benda pusaka mennjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.
Di Solo, biasanya dalam perayaan malam satu Suro terdapat hewan khas yakni kebo (kerbau) bule yang menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro. Keikutsertaan kebo bule ini konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Di Yogyakarta perayaan malam satu Suro biasanya identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.
Tradisi malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapat berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
·         Perayaan Mandok Hata Bagi Orang Batak
Mandok Hata adalah masa-masa berkontemplasi. Masyarakat Batak hanya melakukannya saat pergantian tahun. Bagi sebagian orang Batak, hal ini sama atau bahkan lebih penting dari perayaan Natal. Biasanya kebanyakan orang yang merayakan tahun baru dengan pesta, atau berkumpul bersama teman-teman untuk bakar-bakar jagung dan bercengkrama. Namun, beda halnya dengan  pergantian tahun bagi masyarakat Batak adalah waktunya Mandok Hata. Bagi orang Batak yang kental, acara Mandok Hata ini merupakan momen Tahun baru yang sangat penting, dimana keluarga besar berkumpul dan masing-masing orang dapat mengeluarkan semua ganjalan yang ada di hati, dari yang tua sampai yang muda, semuanya mengeluarkan unek-unek, bahkan sampai mengeluarkan air mata. Karena dalam acara ini, orang bisa mengatakan apa yang tidak disukai dan harapan ke tiap masing-masing orang.
Mandok Hata adalah tradisi turun temurun yang sudah dilakukan sejak lama. Tradisi ini semakin kental setelah agama Kristen diterima sebagian besar masyarakat Batak. Menariknya beberapa Batak muslim pun menerapkan tradisi ini. Namun, tergantung pada keputusan keluarga masing-masing.
Ketika memasuki waktu tengah malam sebagai tanda pergantian tahun, keluarga Batak akan berkumpul dan melakukan kebaktian kecil di dalam rumah. Dalam kebaktian tersebut, semua orang berdoa dan merenung dalam khidmat. Setelahnya baru Mandok Hata dilakukan dan kemudian ditutup dengan doa. Pengungkapan saat Mandok Hata itu ibarat intropeksi diri selama setahun terakhir. Dengan mengungkapkan perasaan, diharapkan pribadi akan menjadi lebih mawas diri, bersyukur, serta lebih dekat dengan Tuhan dan keluarga.
·         Upacara Adat Seren Taun di Cigugur-Kaki Gunung Ciremai (Wujud Syukur dan Cinta Lingkungan Hidup)
Upacara adat Seren Taun adalah ungkapan syukur dan doa masyarakat Sunda atas suka duka yang mereka alami terutama di  bidang pertanian selama setahun yang telah berlalu dan tahun yang akan datang. Selain ritual-ritual yang bersifat sakral, digelar juga kesenian dan hiburan. Dengan kata lain kegiatan ini merupakan hubungan antara anusia dengan Tuhan, dan juga dengan sesama makhluk atau alam baik lewat kegiatan kesenian, pendidikan, dan sosial budaya.
Seren Taun dilaksanakan setiap tanggal 22 Bulan Rayagung sebagai bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Upacara Seren Taun diawali dengan upacara ngajayak (Menjemput Padi) pada tanggal 18 Rayagung.
Dalam upacara Seren Taun, yang menjadi objek utama adalah Padi yang dianggap sebagai lambang kemakmuran. Bilangan 22 dimaknai sebagai rangkaian bilangan 20 dan 2. Padi yang ditumbuk pada puncak acara sebanyak 22 kwintal dengan pembagian 20 kwintal untuk ditumbuk dan dibagikan kembali pada masyarakat dan 2 kwintal digunakan sebagai benih. Ngajayak dalam bahasa sunda berarti menerima dan menyambut, sedangkan bilangan 18 (dalapan welas) berkonotasi welas asih yang artinya cinta kasih serta kemurahan Tuhan yang telah menganugerahkan segala kehidupan bagi umat-Nya di segenap penjuru bumi.

Sumber:






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...