HEAL
THE WORLD
Eni
Setiawati
12516338
1PA12
Heal
the world
Make
it a better place
For
you and for me and the entire human race
There
are people dying
If
you care enough for living
Make
a better place for you and for me
And
the world we once believed in
Will
shine again in grace
Then
why do we keep strangling life
Wound
this earth, crucify it’s soul
Though
it’s plain to see, this world is heavenly
Be
God’s glow
Penggalan lirik ciptaan
Michael Jackson ini mengingatkan saya tentang sebuah amanah besar yang diemban
oleh tiap-tiap jiwa manusia. Manusia sebagai khalifah yang berjalan di muka
bumi. Tangan-tangan Tuhan untuk menjaga dan melestarikan kehidupan.
Penggalan lirik ini
jugalah yang menyadarkan saya betapa bumi hari ini tidak lagi baik-baik saja.
Slogan #saveEarth #goGreen #stopGlobalWarming #sayNoToWar menambah keyakinan
saya bahwa bumi benar-benar sedang terluka parah.
Bumi terluka oleh ulah
manusia yang tidak bijaksana. Bumi terluka oleh pemikiran-pemikiran manusia
yang dikatakan maju namun abai dengan amanahNya. Bumi terluka oleh manusia yang
merasa dapat menciptakan segalanya namun tidak dapat mengendalikan segala
ciptaannya. Semua karena satu alasan. Kepraktisan.
Jangan
salahkan anak-anak ketika bola yang ditendangnya memecahkan kaca jendela rumah
anda.
Karena itulah yang
terjadi. Ruang bermain mereka hari ini ialah gang-gang sempit diantara bangunan
perumahan. Ingatkah? Tanah lapang yang dahulu sempat kita nikmati di masa kecil
sebagai ruang bermain yang nyaman telah tergantikan dengan gedung-gedung
pencakar langit yang ramai dipuja oleh kaum hedonisme. Tanah lapang itu telah
dirampas paksa.
Sampah
dan Bencana
Jangan
buang sampah sebelum nemu yang namanya tempat sampah.
As simple as that untuk
mulai peduli terhadap kesembuhan bumi. Pernah membayangkankah? Ketika kita
membuang sampah sembarang ketika itu pula kita sedang berinvestasi dan
berkontribusi untuk kehancuran umat manusia. Karena siapa yang menanam maka akan
menuai.
Saya teringat dengan
film animasi yang pernah saya tonton. Judulnya Wall-e. Di film ini kita bisa
menyaksikan ketika bumi telah menjelma menjadi tong sampah raksasa. Sejauh mata
memandang hanya ada sampah, sampah, dan sampah. Dimana kehidupan? sudah tidak
ada lagi kehidupan ketika hanya ada robot pemadat sampah yang bernama wall-e
dan kawannya coro (kecoa). Dimana manusia? Bahkan manusia sebagai penduduk asli
pun sudah tidak mau lagi menghuni bumi. Manusia dievakuasi di sebuah kapal
raksasa luar angkasa dengan fasilitas serba instan dan modern hingga manusia
tak lagi bisa berjalan.
Memang, itu hanya film
animasi. Saya tahu. Tapi yang lebih mengusik pikiran saya setelah menonton film
itu ialah, rasanya bukan hal mustahil di masa mendatang jika sampah sudah tidak
dapat dikendalikan lagi laju pertumbuhannya. Bencana-bencana besar dan
mengerikan akan melanda bumi dan seluruh umat manusia. Dan saya meyakini hari
itu akan terjadi.
Global
Warming
Tebanglah
hutan maka kau tak perlu susah-susah untuk men-defrost daratan es di kutub
bumi.
Hutan sebagai plasma
nutfah. Paru-paru bumi telah terpangkas secara ilegal. Berganti dengan
gedung-gedung pencakar langit yang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling
tinggi dengan segala cara yang dilakukan dan sama sekali tidak memperlihatkan
keramahan terhadap keseimbangan bumi dan lingkungan. Mengakibatkan perubahan
musim dan iklim yang tak lagi sinkron dengan periode waktu seharusnya yang
telah terbentuk dan terjadi sejak jutaan tahun silam. Pembangunan pencakar
langit yang amat gencar dipromosikan manusia serakah menjadikan bumi gerah.
Menularkan rasa panasnya terhadap penduduk bumi dan segala yang dikandungnya.
Pemanasan yang terjadi di segala penjuru dunia mengakibatkan bumi bukan lagi
menjadi tempat hunian yang nyaman dan sejuk. Lapisan ozon di atmosfer yang
terenggut secara perlahan namun pasti. Menjadikan manusia semakin egois untuk
menggunakan freon dengan jumlah yang tidak sewajarnya. Semua itu dengan dan
karena satu alasan. Kepraktisan.
Manusia berlomba-lomba
mencari makna kebebasan hidup menurut versinya. Hingga manusia tidak lagi
memanusiakan manusia. Dan pada akhirnya manusia hanya bagaikan sekawanan ikan
badut yang tengah mengikuti arus tanpa pernah tahu kemana tujuan dari
perjalanannya dan dimanakah mereka akan bermuara.
Benarlah
kita tengah berada di penghujung akhir zaman...
If
you care enough for the living, make a little space to make a better place
Saya mengartikan makna
dari make a little space sebagai
suatu dimensi kuantum yang berada di kedalaman jiwa manusia. Dimensi kuantum
yang sangat perlu untuk diterbitkan (lagi). Saya menyebutnya sebagai sebuah
kesadaran. Kesadaran yang tidak terbatas dalam segala aspek. Dengan kesadaran,
manusia akan berpikir, bersikap dan bertindak secara sadar dengan kesadaran
penuh. Kesadaran membuat manusia bijaksana. Kesadaran membuat manusia merasa
berarti. Aktifkan kesadaran itu sebelum terlambat. Kesadaran bahwa kita adalah
manusia sebagai makhluk Tuhan. Kesadaran akan janji kita terhadap Tuhan sebagai
hamba yang mengabdi dan menjadi khalifah di muka bumi. Kesadaran bahwa Tuhan
tidak menciptakan manusia secara cuma-cuma, selalu ada tujuan dari setiap
penciptaan makhluk. Kesadaran bahwa manusia bukan hanya seonggok daging yang
punya nama. Kesadaran bahwa kita diberikan kemampuan untuk bersinergi. Kesadaran
bahwa dunia menunggu manfaat dan kontribusi dari kita sebagai manusia. Kesadaran
bahwa peperangan hanya akan menciptakan pertumpahan darah tanpa arti. Kesadaran
bahwa perburuan liar hanya akan merusak ekosistem. Kesadaran bahwa eksploitasi
hasil bumi secara besar-besaran tidak akan pernah membuat kita merasa
benar-benar kaya. Kesadaran bahwa nafsu adalah musuh terbesar bagi tiap-tiap
jiwa manusia. Kesadaran bahwa rasa cukup itulah yang sebenarnya kita perlukan. Dan
masih dengan kesadaran-kesadaran yang lain untuk dapat menjadikan manusia lebih
bijaksana.
Karena...
Realisasi
dari buah pemikiran (akal) yang tidak diimbangi dengan hati nurani yang jernih
hanya akan merusak, merampas, dan menyakiti.
Depok, 19 Juni
2017
#ReminderForMe
#ReminderForUs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar