Selasa, 20 Juni 2017

Fenomena Alam

Rikayanti/1PA12/16516415
Dosen: Rizqi Intan Sari Nugraheni
Tugas 9

Bumi Kita Sekarang

Picture 1. Bumi Kita
Berbicara soal bumi. Indahnya pengertian bumi yang harus kita ketahui bahwa bumi telah menjadi tempat yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Manusia, hewan dan tumbuhan bisa hidup berdampingan di bumi ini. Bumi dikatakan hanya satu-satunya planet di tata surya bahkan di seluruh jagat raya yang di huni oleh makhluk hidup karena memiliki berbagai unsur hara kehidupan, dengan usia sudah jutaan tahun bumi telah menjalani berbagai macam kondisi kehidupan dari zaman dahulu hingga sekarang menjadi tempat tinggal yang kita huni sekarang ini.

Sadarkah kita wahai -Manusia- Pribumi?

Sejatinya, bumi ini tidak membutuhkan manusia, justru manusia lah yang membutuhkan bumi ini. Tak ada manusia, bisa jadi bumi ini baik-baik saja. Tetapi bumi ini makin rusak, masihkan kita bisa beradaptasi dengannya? Mau tinggal di planet mana?

Sudahkan kita menganggap bahwa bumi ini adalah RUMAH KITA?           

Walau hanya sementara kita hidup dibumi, sudahkah kita berterimakasih dengan menjaga rumah kita ini? Tuhan sang pencipta memberikan kesempatan kita hidup dibumi untuk merasakan berkat yang Tuhan ciptakan dan  berikan pada kita melalui alam sekitar kita. Manfaatkan kesempatan ini dengan baik. Gunakan alam ini dengan baik. Jagalah bumi –Rumah Kita- dengan baik. Ajaklah generasi penerus kita untuk mencintai dan merawat bumi kita ini.

BUKA MATA – BUKA HATI – BUKA PIKIRAN

Lihatlah lingkungan alam sekitar kita dari hal terkecil, misalnya sampah, polusi, sampai fenomena alam yang terjadi  saat ini seperti banjir, tanah longsor, hingga fenomena-fenomena alam lain yang nyata, yang kita rasakan tetapi tidak kita sadari dampaknya pada beberapa puluh tahun kedepan.

Pernahkah kita merasakan bahwa saat ini bumi yang kita pijak sedang mengalami masa kritis? Melihat bagaimana aktivitas manusia yang terus berlanjut, melihat jumlah penduduk bumi yang terus meningkat, pembangunan yang terus berlangsung, hutan yang terus digunduli, hewan yang terus diburu, hingga lautan yang terus dicemari. Semua kegiatan itu membawa rasa sakit yang mendalam bagi bumi tercinta ini.

Kita tahu bahwa area hutan sangat dibutuhkan bumi untuk tetap menjaga keseimbangan alamnya. Keseimbangan alam berdampak pada pemenuhan kebutuhan makhluk yang tinggal didalamnya. Jika kita berlindung pada pohon yang besar, pohon ini akan menghalangi sinar yang panas sehingga terasa adem dan segar. Selain itu kandungan oksigen yang melimpah juga akan membuat kita kebanjiran oksigen. Namun, apa yang terjadi sekarang ini? Hutan-hutan yang dibakar untuk kepentingan sesaat telah membuat bencana yang sulit ditanggulangi. Mengakibatkan produksi oksigen untuk proses pernafasan makhluk hidup di bumi semakin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan adanya peningkatan suhu panas. Bahkan hewan-hewan akan punah karena tidak adanya habitat dan sumberdaya yang akan menipis sehingga tidak terbentuknya rantai makanan yang berangsur. Kalau hal ini berlanjut maka dalam ber-puluhan tahun kedepan mungkin hutan dan seisinya bahkan KITA (Manusia) sudah tidak ada lagi di muka bumi.

Adanya banjir dimana-mana juga karena kondisi bumi yang kita pijak tidak seimbang. Pemimpin pun akan sulit menanggulangi masalah ini. Mungkin dengan pembangunan tanggul untuk mencegah terjadinya banjir, tapi adapun pembangunan ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya banjir-banjir lain yang akan mendatang di tempat-tempat lain. Hal ini terjadi bukan hanya karena cuaca, bukan karena hujan yang terus-menerus, tetapi intensitas tanah kita yang mengalami penurunan level. Penurunan ketinggian tanah disebabkan oleh semakin banyaknya pembangunan yang dilakukan manusia. Karena jumlah populasi manusia yang terus berkembang pesat setiap harinya, sehingga berdampak pula pada struktur tanah yang juga semakin padat, sehingga tidak mampu menyerap air hujan secara maksimal.

Pemanasan global misalnya. Kita tahu bahwa bumi kita ini terus diiming-imingkan dengan pemanasan global. Sudahkah kita menolong Bumi –Rumah Kita- yang ingin runtuh ini karena pemanasan global? Keadaan bumi saat ini sudah mengalami banyak polusi yang diakibatkan dari beragam faktor seperti asap pabrik, kendaraan dan lain sebagainya.
Bumi 2. Pemanasan Global
Sadarkah kita bahwa akhir-akhir ini sungguh, sungguh, sungguh terasa  panas? Faktanya, 2016 menjadi tahun terpanas yang pernah ada, dengan suhu yang meningkat 1,3­­0C diatas rata-rata. Hal itu tentunya berbahaya, karena akan mendekati 1,50C dimana merupakan batas yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan international untuk pemanasan global. Gavin Schmidt ahli iklim yang juga direktur NASA’s Goddard Institute of Space Studies mengatakan “Tidak ada yang menghentikan pemanasan global” Itu berarti, meskipun jika emisi karbon turun menjadi nol besok, kita masih akan melihat perubahan iklim terjadi akibat dari aktivitas manusia untuk beberapa abad lamanya. Dan yang perlu kita ketahui, emisi tidak akan berhenti besok. Jadi memperlambat perubahan iklim untuk memastikan apakah kita mampu beradaptasi dengan iklim tersebut. Namun rata-rata suhu sendiri tidak secara utuh menggambarkan perubahan iklim. Anomali suhu akan berayun lebih liar dari itu.

Sebagai contohnya, suhu di Lingkar Arktik musim dingin lalu melonjak diatas suhu rendah untuk sehari. Di Florida, suhu itu masih cukup dingin, namun itu menjadi panas yang tidak biasa di arktik. Hal itu tidak normal, dan akan mulai terjadi lebih dari itu saja. Itu berarti pada tahun seperti ini nanti, musim panas di Greenland akan benar-benar bebas dari lapisan es tahun 2050. Tahun 2015 tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tahun 2012, ketika 97 persen Greenland diselimuti lapisan es mulai mencair saat musim panas. Kejadian ini mungkin terjadi hanya sesekali, namun kita akan melihat secara ekstrim lapisan akan mencair setiap enam tahun sekali hingga akhir abad ini. Di sisi terangnya, es di Antartika akan relatif stabil dan hanya membuat kontribusi kecil untuk kenaikan level permukaan laut. Namun dalam catatan yang ada, laut sedang dalam proses kenaikan level antara 2 hingga 3 kaki pada 2100. Bahkan, kenaikan level laut dibawah 3 kaki saja akan mampu menenggelamkan empat juta orang. Laut tidak hanya akan memiliki es yang sedikit di kutub, namun juga akan berlanjut ke daerah tropis. Laut menyerap sepertiga dari karbon dioksida yang ada di atmosfer, yang menyebabkan mereka menjadi hangat. Jika perubahan iklim masih terus berlanjut, dalam waktu dekat habitat koral laut akan musnah. Hingga kini, koral laut masih dalam kondisi terancam. Laut bukanlah satu-satunya tempat yang mengalami pemanasan. Meskipun kita mengurangi emisi, gelombang panas ekstrim pada musim panas di daerah tropis akan terjadi setelah tahun 2050. Peringatan pun perlu diperhatikan lagi pada sumber air yang mengering. Menurut makalah yang ada di tahun 2013, ilmuwan menggunakan model untuk meperkirakan frekuensi kekeringan. Perubahan iklim akan mampu menyebabkan kekeringan hingga 40 persen di seluruh wilayah, dua kali lipat dari yang saat ini terjadi. Cuaca ekstrim akibat El Nino yang terjadi di tahun 2015 dan 2016 adalah indikasi bahwa kita berada dalam bencana alam yang dramatis. Adanya kebakaran hutan dan gelombang panas menjadi bagian dari tahun 2070 dan selanjutnya. Schmidt mengatakan bahwa pada 2100, kita akan mencapai posisi berada di antara “sedikit lebih hangat dari hari ini dan lebih panas dari hari ini”. Namun perbedaan antara “sedikit” dan “banyak” dalam skala Bumi adalah terselamatkannya banyak nyawa atau tidak.

Terpikirkah kita melihat gambaran sekilas tentang bagaimana bumi kita di sekitar 40-an tahun kedepan? Mungkinkah kita masih hidup dan merasakan kejadian 40 tahun kedepan? Terpikirkah kita dengan nasib generasi penerus kita yang harus merasakan bumi kita yang semakin kritis ini?

Melihat tercatatnya sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia (2005) telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global. Indonesia bukan satu-satunya negara di Pasifik yang terancam akan kehilangan pulau-pulau kecilnya. Penelitian Environmental Research Letters berdasarkan citra satelit dari 1947-2014 di kepulauan Solomon, ditemukan dari 33 pulau yang ada di daerah itu lima pulau telah dinyatakan hilang dan tenggelam. Sementara enam pulau lainnya menunggu untuk hancur dan hilang. Salah satunya adalah habitat dari masyarakat yang telah tinggal di kepulauan itu sejak 1935.

Haruskah kita meninggalkan -RUMAH KITA- Bumi? 

Sebenarnya semua hal di atas tidak lepas dari akibat ulah manusia. Meskipun memang perubahan iklim adalah sebuah keniscayaan. Mau tidak mau, cepat atau lambat pasti akan terjadi. Tetapi bukan berarti kita hanya berpangku tangan atau bahkan memperparahnya atau mempercepatnya. Paling tidak, kita harus lakukan sedikit usaha yang bisa kita lakukan. Misalnya, hemat energi dalam menggunakan peralatan listrik dan lainnya, karena untuk produksi listrik juga mengeluarkan emisi karbon yang cukup besar. Bagi anda yang masih merokok, berhenti merokok juga mengurangi emisi gas karbondioksida. Bukankah merokok juga mengganggu kesehatan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga bisa lakukan hal sederhana dengan setiap rumah menanam pohon atau tanaman hijau yang bisa memberi sumbangsih produksi oksigen dan menangkap karbondioksida. Kita bisa juga lakukan kurangi konsumsi air kemasan gelas atau botol sebisa mungkin. Bawalah air dalam botol minum yang bisa dipakai sehari-hari ketika bepergian, ke kantor atau sekolah/kampus. Biasakan membuang sampah pada tempatnya yang benar. Pisahkan sampah anorganik dengan organik. Sebisa mungkin minimalisasi sampah khususnya sampah anorganik seperti plastik. Kurangi penggunaan plastik. Jika menggunakannya, pilih produk plastik yang lebih ramah lingkungan. Daur ulang atau manfaatkan limbah agar menjadi lebih bernilai. Selain dikreasi menjadi kerajinan, di-recycle menjadi produk plastik lainnya lagi, sampah plastik juga bisa dimanfaatkan sebagi bahan aspal. Untuk pengolalaan sampah dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dinas terkait harus menerapkan kebijakan pengelolaan sampah yang baik untuk lingkungan. Bisa mengadopsi cara-cara negara maju yang telah mengelola sampah dengan baik. Untuk mengurangi kebakaran hutan dan makin gundulnya hutan, stop pembalakan liar terhadap hutan. Tebang satu pohon, tanamlah lebih dari satu pohon. Semua sektor dan setiap instansi menerapkan konsep-konsep yang lebih ramah lingkungan. Kalau kita ramah terhadap lingkungan, percayalah alam akan lebih ramah pada kita.

Perlu kita ingat, kita sebagai manusia berasal dari saripati tanah. Kita hidup pun berpijak di bumi. Kita menggunakan berbagai sumber daya yang ada di bumi ini. Dan kelak mati pun akan kembali ke perut bumi. Sungguh sangat tidak bijak jika manusia tidak berusaha lebih bersahabat dengan bumi, tidak turut menjaga bumi ini. Jangan sampai menjadi manusia yang durhaka terhadap alam ini. Jangan sampai ketika kita mati nanti bumi enggan menerima jasad kita.

Sumber:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/08/seperti-ini-keadaan-bumi-seratus-tahun-lagi
https://tirto.id/pulau-pulau-yang-menunggu-tenggelam-bo34

http://kaltim.tribunnews.com/2017/04/24/bumi-kita-tempat-lahir-hidup-dan-mati 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...