Rikayanti/1PA12/16516415
Dosen: Rizqi
Intan Sari Nugraheni
Tugas
9
Bumi Kita
Sekarang
Picture 1. Bumi Kita |
Berbicara soal bumi.
Indahnya pengertian bumi yang harus kita ketahui bahwa bumi telah menjadi
tempat yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Manusia, hewan dan
tumbuhan bisa hidup berdampingan di bumi ini. Bumi dikatakan hanya satu-satunya
planet di tata surya bahkan di seluruh jagat raya yang di huni oleh makhluk
hidup karena memiliki berbagai unsur hara kehidupan, dengan usia sudah jutaan
tahun bumi telah menjalani berbagai macam kondisi kehidupan dari zaman dahulu
hingga sekarang menjadi tempat tinggal yang kita huni sekarang ini.
Sadarkah kita wahai -Manusia- Pribumi?
Sejatinya,
bumi ini tidak membutuhkan manusia, justru manusia lah yang membutuhkan bumi
ini. Tak ada manusia, bisa jadi bumi ini baik-baik saja. Tetapi bumi ini makin
rusak, masihkan kita bisa beradaptasi dengannya? Mau tinggal di planet mana?
Sudahkan kita menganggap bahwa bumi ini adalah RUMAH KITA?
Walau
hanya sementara kita hidup dibumi, sudahkah kita berterimakasih dengan menjaga
rumah kita ini? Tuhan sang pencipta memberikan kesempatan kita hidup dibumi untuk
merasakan berkat yang Tuhan ciptakan dan
berikan pada kita melalui alam sekitar kita. Manfaatkan kesempatan ini
dengan baik. Gunakan alam ini dengan baik. Jagalah bumi –Rumah Kita- dengan
baik. Ajaklah generasi penerus kita untuk mencintai dan merawat bumi kita ini.
BUKA MATA – BUKA HATI – BUKA PIKIRAN
Lihatlah
lingkungan alam sekitar kita dari hal terkecil, misalnya sampah, polusi, sampai
fenomena alam yang terjadi saat ini
seperti banjir, tanah longsor, hingga fenomena-fenomena alam lain yang nyata,
yang kita rasakan tetapi tidak kita sadari dampaknya pada beberapa puluh tahun
kedepan.
Pernahkah
kita merasakan bahwa saat ini bumi yang kita pijak sedang mengalami masa kritis?
Melihat bagaimana aktivitas manusia yang terus berlanjut, melihat jumlah
penduduk bumi yang terus meningkat, pembangunan yang terus berlangsung, hutan
yang terus digunduli, hewan yang terus diburu, hingga lautan yang terus
dicemari. Semua kegiatan itu membawa rasa sakit yang mendalam bagi bumi
tercinta ini.
Kita
tahu bahwa area hutan sangat dibutuhkan bumi untuk tetap menjaga keseimbangan
alamnya. Keseimbangan alam berdampak pada pemenuhan kebutuhan makhluk yang
tinggal didalamnya. Jika kita berlindung pada pohon yang besar, pohon ini akan
menghalangi sinar yang panas sehingga terasa adem dan segar. Selain itu
kandungan oksigen yang melimpah juga akan membuat kita kebanjiran oksigen. Namun,
apa yang terjadi sekarang ini? Hutan-hutan yang dibakar untuk kepentingan
sesaat telah membuat bencana yang sulit ditanggulangi. Mengakibatkan produksi
oksigen untuk proses pernafasan makhluk hidup di bumi semakin berkurang. Hal
ini dapat mengakibatkan adanya peningkatan suhu panas. Bahkan hewan-hewan akan
punah karena tidak adanya habitat dan sumberdaya yang akan menipis sehingga
tidak terbentuknya rantai makanan yang berangsur. Kalau hal ini berlanjut maka
dalam ber-puluhan tahun kedepan mungkin hutan dan seisinya bahkan KITA
(Manusia) sudah tidak ada lagi di muka bumi.
Adanya
banjir dimana-mana juga karena kondisi bumi yang kita pijak tidak seimbang. Pemimpin
pun akan sulit menanggulangi masalah ini. Mungkin dengan pembangunan tanggul
untuk mencegah terjadinya banjir, tapi adapun pembangunan ini tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya banjir-banjir lain yang akan mendatang di
tempat-tempat lain. Hal ini terjadi bukan hanya karena cuaca, bukan karena
hujan yang terus-menerus, tetapi intensitas tanah kita yang mengalami penurunan
level. Penurunan ketinggian tanah disebabkan oleh semakin banyaknya pembangunan
yang dilakukan manusia. Karena jumlah populasi manusia yang terus berkembang
pesat setiap harinya, sehingga berdampak pula pada struktur tanah yang juga
semakin padat, sehingga tidak mampu menyerap air hujan secara maksimal.
Pemanasan
global misalnya. Kita tahu bahwa bumi kita ini terus diiming-imingkan dengan
pemanasan global. Sudahkah kita menolong Bumi –Rumah Kita- yang ingin runtuh
ini karena pemanasan global? Keadaan bumi saat ini sudah mengalami banyak
polusi yang diakibatkan dari beragam faktor seperti asap pabrik, kendaraan dan
lain sebagainya.
Bumi 2. Pemanasan Global |
Sadarkah kita bahwa
akhir-akhir ini sungguh, sungguh, sungguh terasa panas? Faktanya, 2016 menjadi tahun terpanas
yang pernah ada, dengan suhu yang meningkat 1,30C diatas
rata-rata. Hal itu tentunya berbahaya, karena akan mendekati 1,50C
dimana merupakan batas yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan
international untuk pemanasan global. Gavin Schmidt ahli iklim yang juga
direktur NASA’s Goddard Institute of Space Studies mengatakan “Tidak ada yang
menghentikan pemanasan global” Itu berarti, meskipun jika emisi karbon turun
menjadi nol besok, kita masih akan melihat perubahan iklim terjadi akibat dari
aktivitas manusia untuk beberapa abad lamanya. Dan yang perlu kita ketahui,
emisi tidak akan berhenti besok. Jadi memperlambat perubahan iklim untuk
memastikan apakah kita mampu beradaptasi dengan iklim tersebut. Namun
rata-rata suhu sendiri tidak secara utuh menggambarkan perubahan iklim. Anomali
suhu akan berayun lebih liar dari itu.
Sebagai
contohnya, suhu di Lingkar Arktik musim dingin lalu melonjak diatas suhu rendah
untuk sehari. Di Florida, suhu itu masih cukup dingin, namun itu menjadi panas
yang tidak biasa di arktik. Hal itu tidak normal, dan akan mulai terjadi lebih
dari itu saja. Itu berarti pada tahun seperti ini nanti, musim panas di
Greenland akan benar-benar bebas dari lapisan es tahun 2050. Tahun 2015 tidak
ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tahun 2012, ketika 97 persen Greenland
diselimuti lapisan es mulai mencair saat musim panas. Kejadian ini mungkin
terjadi hanya sesekali, namun kita akan melihat secara ekstrim lapisan akan mencair
setiap enam tahun sekali hingga akhir abad ini. Di sisi terangnya, es di
Antartika akan relatif stabil dan hanya membuat kontribusi kecil untuk kenaikan
level permukaan laut. Namun dalam catatan yang ada, laut sedang dalam proses
kenaikan level antara 2 hingga 3 kaki pada 2100. Bahkan, kenaikan level laut
dibawah 3 kaki saja akan mampu menenggelamkan empat juta orang. Laut tidak
hanya akan memiliki es yang sedikit di kutub, namun juga akan berlanjut ke
daerah tropis. Laut menyerap sepertiga dari karbon dioksida yang ada di
atmosfer, yang menyebabkan mereka menjadi hangat. Jika perubahan iklim masih
terus berlanjut, dalam waktu dekat habitat koral laut akan musnah. Hingga kini,
koral laut masih dalam
kondisi terancam.
Laut bukanlah satu-satunya tempat yang mengalami pemanasan. Meskipun kita
mengurangi emisi, gelombang panas ekstrim pada musim panas di daerah tropis akan
terjadi setelah tahun 2050. Peringatan pun perlu diperhatikan lagi pada sumber
air yang mengering. Menurut makalah yang ada di tahun 2013, ilmuwan menggunakan
model untuk meperkirakan frekuensi kekeringan. Perubahan iklim akan mampu
menyebabkan kekeringan hingga 40 persen di seluruh wilayah, dua kali lipat dari
yang saat ini terjadi. Cuaca ekstrim akibat El Nino yang terjadi di tahun 2015
dan 2016 adalah indikasi bahwa kita berada dalam bencana alam yang dramatis.
Adanya kebakaran hutan dan gelombang panas menjadi bagian dari tahun 2070 dan
selanjutnya. Schmidt mengatakan bahwa pada 2100, kita akan mencapai posisi
berada di antara “sedikit lebih hangat dari hari ini dan lebih panas dari hari
ini”. Namun perbedaan antara “sedikit” dan “banyak” dalam skala Bumi adalah
terselamatkannya banyak nyawa atau tidak.
Terpikirkah kita melihat gambaran sekilas tentang bagaimana bumi kita di sekitar 40-an tahun kedepan? Mungkinkah kita masih hidup dan merasakan kejadian 40 tahun kedepan? Terpikirkah kita dengan nasib generasi penerus kita yang harus merasakan bumi kita yang semakin kritis ini?
Melihat
tercatatnya sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia (2005) telah lenyap, baik
akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang
lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam
akibat dampak pemanasan global. Indonesia bukan satu-satunya negara di
Pasifik yang terancam akan kehilangan pulau-pulau kecilnya. Penelitian
Environmental Research Letters berdasarkan citra satelit dari 1947-2014 di
kepulauan Solomon, ditemukan dari 33 pulau yang ada di daerah itu lima pulau
telah dinyatakan hilang dan tenggelam. Sementara enam pulau lainnya menunggu
untuk hancur dan hilang. Salah satunya adalah habitat dari masyarakat yang
telah tinggal di kepulauan itu sejak 1935.
Haruskah kita meninggalkan -RUMAH KITA- Bumi?
Sebenarnya
semua hal di atas tidak lepas dari akibat ulah manusia. Meskipun memang
perubahan iklim adalah sebuah keniscayaan. Mau tidak mau, cepat atau lambat
pasti akan terjadi. Tetapi bukan berarti kita hanya berpangku tangan atau
bahkan memperparahnya atau mempercepatnya. Paling tidak, kita harus lakukan
sedikit usaha yang bisa kita lakukan. Misalnya, hemat energi dalam menggunakan
peralatan listrik dan lainnya, karena untuk produksi listrik juga mengeluarkan
emisi karbon yang cukup besar. Bagi anda yang masih merokok, berhenti merokok
juga mengurangi emisi gas karbondioksida. Bukankah merokok juga mengganggu
kesehatan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga bisa lakukan hal
sederhana dengan setiap rumah menanam pohon atau tanaman hijau yang bisa
memberi sumbangsih produksi oksigen dan menangkap karbondioksida. Kita bisa
juga lakukan kurangi konsumsi air kemasan gelas atau botol sebisa mungkin.
Bawalah air dalam botol minum yang bisa dipakai sehari-hari ketika bepergian,
ke kantor atau sekolah/kampus. Biasakan membuang sampah pada tempatnya yang
benar. Pisahkan sampah anorganik dengan organik. Sebisa mungkin minimalisasi
sampah khususnya sampah anorganik seperti plastik. Kurangi penggunaan plastik.
Jika menggunakannya, pilih produk plastik yang lebih ramah lingkungan.
Daur ulang atau manfaatkan limbah agar menjadi lebih bernilai. Selain dikreasi
menjadi kerajinan, di-recycle menjadi produk plastik lainnya lagi, sampah
plastik juga bisa dimanfaatkan sebagi bahan aspal. Untuk pengolalaan sampah
dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dinas terkait harus menerapkan kebijakan
pengelolaan sampah yang baik untuk lingkungan. Bisa mengadopsi cara-cara
negara maju yang telah mengelola sampah dengan baik. Untuk mengurangi kebakaran
hutan dan makin gundulnya hutan, stop pembalakan liar terhadap hutan. Tebang
satu pohon, tanamlah lebih dari satu pohon. Semua sektor dan setiap instansi
menerapkan konsep-konsep yang lebih ramah lingkungan. Kalau kita ramah
terhadap lingkungan, percayalah alam akan lebih ramah pada kita.
Perlu kita ingat, kita sebagai manusia berasal dari saripati tanah. Kita hidup
pun berpijak di bumi. Kita menggunakan berbagai sumber daya yang ada di bumi
ini. Dan kelak mati pun akan kembali ke perut bumi. Sungguh sangat tidak bijak
jika manusia tidak berusaha lebih bersahabat dengan bumi, tidak turut menjaga
bumi ini. Jangan sampai menjadi manusia yang durhaka terhadap alam ini. Jangan
sampai ketika kita mati nanti bumi enggan menerima jasad kita.
Sumber:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/08/seperti-ini-keadaan-bumi-seratus-tahun-lagi
https://tirto.id/pulau-pulau-yang-menunggu-tenggelam-bo34
http://kaltim.tribunnews.com/2017/04/24/bumi-kita-tempat-lahir-hidup-dan-mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar