TEORI EVOLUSI MAKHLUK HIDUP
Eni Setiawati
12516338
1PA12
Evolusi (dalam kajian
biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan
kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu
populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat
mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang
bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi
terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi.
Evolusi
didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi
alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu
populasi – dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal
ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih
berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa
generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi
secara terus-menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan
genetik merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas
apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi.
Walaupun
perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini
akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan
sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain
mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang
yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Teori
evolusi terbesar dan paling terkenal di dunia biologi dikemukakan oleh dua
orang tokoh evolusi, yaitu Jean Baptiste Lamarck dan Charles Darwin.
Perbandingan konsep evolusi kedua tokoh ini digambarkan melalui analogi dua
komunitas hewan jerapah yang masing-masing mengalami evolusi menurut versi
Lamarck dan versi Darwin. Berikut penjelasan keduanya.
TEORI EVOLUSI JEAN BAPTISTE LAMARCK
Konsep
tentang evolusi dalam kamus ilmiah diperkenalkan oleh Jean-Baptiste de Lamarck
pada tahun 1809. Ia memunculkan istilah evolusi yang berkaitan dengan bidang
kajian biologi yang dikenal sebagai evolusi makhluk hidup. Lamarck juga
mengungkapkan bahwa, makhluk hidup merupakan tingkat-tingkat perkembangan
kehidupan, sedang manusia berada di puncak perkembangan tersebut. Yang artinya
bahwa tidak akan muncul lagi makhluk hidup yang lebih tinggi tingkat
kesempurnaannya di masa yang akan datang. Proses perkembangan tersebut menurut
Lamarck dipengaruhi oleh kebiasaan. Kebiasaan tersebut akan menyebabkan
perubahan struktur tubuh (anatomi) dan diwariskan kepada keturunannya. Sebagai
akibat pengaruh kebiasaan tersebut, Lamarck menyimpulkan bahwa organ-organ yang
digunakan akan berkembang sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami
kemunduran (use and disuse).
Lamarck
memberikan contoh fenomena jerapah sebagai pendukung teorinya. Menurut Lamarck,
jerapah pada mulanya berleher pendek. Karena sering digunakan untuk menggapai
pucuk dedaunan yang semakin tinggi, maka leher jerapah menjadi panjang. Mengapa
jerapah harus menggapai pucuk dedaunan yang tinggi? Lamarck menjelaskan bahwa
pucuk di bagian bawah telah habis dimakan, sehingga untuk mempertahankan hidup
maka jerapah harus menjangkau pucuk dedaunan yang tinggi.
Dari
contoh tersebut jelas bahwa faktor lingkungan yakni pucuk dedaunan yang makin
tinggi untuk dijangkau, telah mempengaruhi jerapah untuk menjulurkan lehernya.
Akhirnya terjadi perubahan struktur anatomi leher jerapah menjadi semakin
panjang dan sifat ini diwariskan kepada keturunannya.
Karya
Lamarck menyatakan bahwa evolusi merupakan hasil dari tekanan lingkungan
terhadap sifat suatu hewan, yang berarti semakin sering suatu organ digunakan,
semakin kompleks dan efisien organ itu, sehingga membuat hewan teradaptasi dengan
lingkungan. Lamarck juga meyakini bahwa sifat yang didapat ini dapat diturunkan
ke generasi berikutnya, yang akan terus mengembangkan, dan menyempurnakannya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Darwin membantah teori Lamarck yang mengungkapkan
bahwa perkembangan makhluk hidup menuju ke arah kesempurnaan, dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, dan diwariskan kepada keturunannya.
TEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN
Sebenarnya
biologi evolusioner sudah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun, karena Darwin
adalah orang pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti
mapan menghadapi pengujian ilmiah, maka teori evolusi akhirnya banyak
diasosiasikan kepada Darwin. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi
yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains
sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Pada
akhir abad ke-19 Charles Darwin berhasil merumuskan teori evolusi yang menolak
hipotesis Lamarck. Ia merumuskan teorinya berdasarkan seleksi alam dengan
menggabungkan pendekatan biogeografis Humboldt, geologi Lyell, tulisan Malthus
tentang pertumbuhan populasi, dan keahlian morfologis, ditambah dengan
pengamatannya sendiri di alam. Meskipun banyak ditentang oleh agamawan, teori
Darwin diterima oleh komunitas ilmiah, dan segera menjadi aksioma dasar dalam
ilmu biologi. Karena pemikirannya tersebut, Darwin dikenal sebagai Bapak
Evolusi.
Fenomena
jerapah dengan leher panjang dijelaskan oleh Darwin dengan melihat dari sudut
pandang adanya variasi. Menurut Darwin, jerapah pada mulanya ada yang berleher
panjang dan ada yang berleher pendek. Jerapah yang berleher pendek tidak mampu
bertahan hidup karena kalah dalam berkompetisi dengan jerapah berleher panjang
untuk memperoleh makanan berupa dedaunan pada pohon yang tinggi. Akibatnya
populasi jerapah berleher pendek menjadi punah dan tinggal populasi jerapah
berleher panjang yang mampu bertahan hidup di lingkungannya (Hukum survival
of the fittest).
Adapun
pokok-pokok pemikiran yang melandasi ajaran Darwin mengenai evolusi antara
lain:
- Tidak ada individu yang identik,
selalu ada variasi meskipun dalam satu keturunan
- Setiap populasi cenderung bertambah
banyak karena setiap makhluk hidup mampu berkembang biak.
- Untuk berkembangbiak diperlukan
makanan dan ruang yang cukup.
- Pertambahan populasi tidak
berlangsung secara terus-menerus, tetapi dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor pembatas antara lain makanan dan predasi.
Dalam
bukunya The Origin of Spesies by means of Natural Selection, Darwin
menyatakan dua hal penting sebagai Teori Evolusi yaitu:
- Spesies-spesies yang hidup sekarang
berasal dari spesies nenek moyangnya yang hidup di masa lalu.
- Perkembangan spesies dipengaruhi
oleh seleksi alam dan variasi antar populasi.
Penalaran
dan bukti yang mirip dengan Darwin juga dikemukakan oleh Alfred Russel Wallace
yang mencapai kesimpulan yang sama. Alfred Russel Wallace juga diakui sebagai
salah satu penemu evolusi karena ia membantu penelitian, dan percobaan yang
terkait dengan konsep ini.
KESIMPULAN TEORI EVOLUSI
Dari
pendapat para ahli di atas, muncullah teori evolusi yang terbaru yakni yang
dikenal sebagai Teori Sintetik. Teori ini merupakan gabungan dari teori
Lamarck, Darwin, dan hukum pewarisan Mendel yang isinya mengungkapkan bahwa
evolusi terjadi karena perubahan frekuensi gen dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Ahli lain bernama De Vries melengkapi teori ini dengan menyatakan
bahwa evolusi terjadi karena perubahan frekuensi gen akibat mutasi.
Pada
tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi
(gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan
penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus-menerus
menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat
biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang
keanekaragaman hayati di bumi.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar