Minggu, 18 Juni 2017

Fenomena Alam

Fenomena Alam: Blue Moon
Oleh:
Adilla Novita
(10516168/ 1PA12)
Bulan biru adalah purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan. Fenomena ini hanya terjadi setiap dua hingga 2,5 tahun. Terjadinya bulan biru terkait dengan jumlah hari dalam kalender matahari (Masehi) dan bulan. Kalender matahari punya 365 hari dalam setahun sementara bulan punya 354 hari. Akibat perbedaan itu, akan ada purnama yang muncul pada waktu yang "tak seharusnya", yaitu dua kali dalam bulan yang sama.
Namun, bagi siapapun yang pertama kali mendengarnya mungkin mengira bahwa blue moon adalah istilah yang digunakan saat bulan terlihat berwarna biru. Benarkah itu? Mmm sayangnya bukan seperti itu. Eh tapi mungkin nggak sih bulan benar-benar terlihat berwarna biru? Mari kita bahas satu-satu.
Bulan biru sendiri tak cuma bisa terjadi sekali dalam setahun. Tahun 1999, bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret. Hanya saja, fenomena bulan biru dua kali setahun jauh lebih jarang terjadi, hanya sekitar 19 tahun sekali. Mengutip situs NASA, walau diberi nama Blue Moon, bulan purnama kedua tetap berwarna abu pucat dan putih layaknya Bulan yang biasa kita lihat saat malam hari. Terkadang juga bisa menunjukan warna merah. Hal menariknya, tentu Bulan bisa 'berubah' warna menjadi biru sungguhan. Biasanya, Bulan bisa terlihat berwarna biru disebabkan adanya letusan gunung vulkanik.
Di tahun 1946, seorang ahli astronomi amatir bernama James Hugh Pruett mengirim sebuah artikel tentang Bulan ke majalah Sky & Telescope. Dalam artikel itu, James memasukkan Blue Moon sebagai salah satu materi. Ilmuwan asal Amerika itu rupanya salah mengartikan fenomena Blue Moon. Dia menyebut Blue Moon sebagai fenomena Bulan purnama ketiga dari total empat Bulan purnama yang muncul dalam tiga bulan. Kekeliruan itu tidak disadari pihak majalah dan terus berlangsung. Namun, pada tahun 1999 kekeliruan dapat diluruskan oleh seorang ahli sejarah cerita rakyat, Philip Hiscock, dan seorang ahli astronomi, Donald W. Olson. Mereka meluruskan bahwa Blue Moon merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan.
Bulan biru muncul pertama kali pada 1950 setelah kebakaran hutan hebat di Kanada. Asapnya mengangkasa dan memenuhi langit di belahan bumi utara.
Teringat, pada 1883 silam, orang-orang pada saat itu melihat bulan biru hampir setiap malam akibat letusan Gunung Krakatau yang kekuatannya sama dengan 100 megaton bom nuklir. Bulu abu hasil letusan tersebut naik ke puncak atmosfer Bumi sehingga ‘mengubah’ warna Bulan menjadi biru. Abu Krakatau mengandung partikel satu mikron yang sama dengan panjang gelombang cahaya merah. Partikel tersebut mampu menguraikan cahaya merah dan membiarkan cahaya biru yang mendominasi. Dengan kata lain, abu Krakatau berperan sebagai filter warna biru. Sehingga, Bulan purnama berwarna merah lebih umum terjadi ketimbang warna biru. Anda bisa membuktikan warna Bulan purnama saat itu dengan melihat ke arah timur setelah Matahari terbenam.
Bulan Biru memiliki banyak nama. Bulan biru juga disebut sebagai bulan purnama sturgeon, bulan jagung hijau, bulan gabah, dan bulan purnama merah. Tiap Agustus nama-nama bulan purnama timbul dari berbagai julukan yang diberikan untuk bulan purnama dari bulan tertentu menurut penduduk asli Amerika dan tradisi Eropa.
Bulan Biru hanya penuh untuk sementara. Walaupun rembulan biasanya terlihat penuh sehari sebelum dan sehari sesudah bulan purnama, ada secara teknis suatu ketika bulan itu nampak penuh di langit.

Bulan Biru juga terjadi setelah letusan Gunung St Helen pada 1980, dan Gunung El Chicon di Meksiko pada 1983. Terakhir, bulan berwarna kebiruan berhasil diabadikan oleh astronom amatir Ma'rudin Sudibyo lewat pengamatan dari Gombong, Jawa Tengah. Fenomena bulan yang berwarna kebiruan itu terjadi saat gerhana bulan total pada 10 Desember 2011. Warna kebiruan terlihat lewat pengamatan teleskop pada fase totalitas. Warna kebiruan terobservasi lewat pengamatan dengan dua teleskop yang berbeda, tetapi hanya terlihat di Gombong. Setahun sebelum peristiwa itu, Merapi meletus secara dahsyat. Namun, Ma'rufin menduga bahwa warna kebiruan itu bukan dampak dari letusan gunung, melainkan karena hamburan ozon. Bersama bulan biru nanti, akan tampak Venus dan Jupiter sekejap sesaat setelah senja di ufuk barat. Sementara di timur, Saturnus akan terbit dan berpeluang untuk disaksikan dengan alat bantu teleskop.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...