Nama : Gading Sari Wulandari
Kelas : 1PA12
NPM : 12516942
A. Teori Terbentuknya Alam Semesta
Manusia berusaha memahami alam
semesta ini dari zaman dahulu bahkan sampai sekarang. Pada jaman kejayaan
Yunani, orang percaya bahwa Bumi merupakan pusat dari alam semesta ini (
Geosentrisme ). Namun, berkat pengamatan dan pemikiran yang lebih tajam,
pandangan itu berubah sejak Zaman abad pertengahan yang dipelopori oleh
Copernicus menjadi Heliosentrik, yaitu matahari menjadi pusat beredarnya bumi
dan planet-planet lain.
Teori-teori tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Teori Keadaan Tetap
(Steady–state Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Fred
Hoyle, herman bondi, thomas Gold ( 1948 ). Teori ini berdasarkan prinsip
osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan
bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi
pada suatu saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu
di alam semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak
menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa galaksi baru
mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama.Dengan kata lain bahwa
tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati, jadi,
teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak
terhingga tuanya ( Tanpa awal dan tanpa akhir ).
2. Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat)
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar
(bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan
pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan
perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model
Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga
hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta
bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan
sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan
penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah
beserta pengamatan.
Adalah Georges Lemaître, seorang
biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai
asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom
purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert
Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi
ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh
Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak
bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran
merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan
ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat
jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang
kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus
galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah
pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada
suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem. Berbagai
pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi
tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan,
walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk
menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan
pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat
memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan
awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos
sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses
nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal
beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara
terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big
Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle
yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud
menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit
membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk
menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan
sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis
bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur
ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa
skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
3. Teori “Mengembang dan Memampat”
(The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama
teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena
adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau mengembang
yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah
galaksi-galaksi.
Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun,
selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan meredup,
kemudian memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat
tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya adalah tahap mengembang
dan kemudian memampat lagi.
4. Teori “Alam Semesta Quantum”
Teori ini diciptakan oleh William
Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam semesta adalah sudah
ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori ini, ruang
hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
5. Teori Kabut (Teori Nebula)
Teori kabut dikemukakan oleh filsuf
Jerman yang bernama Immanuel Kant pada tahun 1775. Teori ini hampir sama dengan
yang dikemukakan oleh Simon De Laplace, seorang matematikawan Prancis.
Teori kabut menyatakan bahwa
mula-mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas, terutama hidrogen dan
helium, dan debu-debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat .
Akibatnya kabut mulai menyusut. Akibat penyusutan dan rotasi ini terbentuklah
sebuah cakram datar dibagian tengahnya. Matahari berada dipusat cakram. Cakram
ini terus berputar lebih cepat sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas
membentuk materi. Dari materi ini akhirnya terbentuklah planet-planet yang
tetap mengitari matahari. Satelit dari planet terbentuk dengan cara yang sama.
Proses terbentuknya tata surya
menurut teori kabut (nebula):
a) Nebula
berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari.
b) Terbentuk
Matahari dan planet lain yang masih Berpijar.
c) Matahari
terbentuk planet-planet bertebaran tak terarah.
d) Matahari
berputar pada porosnya, planet-planet terbentuk atmosfernya.
e) Planet
terbentuk atmosfer, dibumi telah muncul kehidupan karena sudah ada lapisan
atmosfer.
6. Teori Planetesimal
Teori ini pertama kali dikemukakan
oleh Chamberlein dan F. R. Moulton, ilmuwan Amerika awal abad ke-20. Teori ini
mengatakan mula-mula ada matahari yang berpapasan dengan sebuah bintang. Oleh
karena letaknya berdekatan, tarikan gravitasi bintang menyebabkan sebagian
matahari tertarik kearah bintang tersebut.
Ketika bintang menjauh bahan-bahan
itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke matahari, dan sebagian menjadi
gumpalan-gumpalan kecil (planetesimal) yang mulai melayang diangkasa sebagai
planet-planet yang mengelilingi matahari.
7. Teori Bintang Kembar
Teori ini ditemukan pada tahun
1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan bahwa mula-mula ada 2 buah bintang
kembar kemudian salah satu bintang meledak. Oleh karena pengaruh gaya
gravitasi, maka bintang yang meledak menjadi kepingan-kepingan kecil yang
bergerak mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak
merupakan matahari sedangkan kepingan-kepingan yang mengitarinya menjadi
planet-planet.
8. Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940
oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan disempurnakan oleh P.
Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa
mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang lebih 5 milyar
tahun yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses pemampatan ini
membuat partikel-partikel debu dan gas tertarik kebagian dalam menuju pusat
awan membentuk bola dan terus berberotasi. Rotasi inipun bertambah cepat dengan
ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke pusat awan. Oleh karena rotasi
yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih membentuk cakram, bagian tengah
tebal dan bagian pinggir memipih. Akibat saling menekan, maka bagian tengah
menjadi panas dan berpijar (disebut protosun atau cikal bakal matahari). Bagian
tepinya terpecah-pecah akibat rotasi yang cepat. Bagian tengah ini yang
akhirnya menjadi matahari dan bagian tepi yang terpecah-pecah menjadi
gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang tetap berotasi. Protoplanet akhirnya
membeku dan menjadi planet-planet serta anggota tata surya lainnya.
9. Teori
Pasang Surut Bintang
Teori
Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata
surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan
sebuah komet.
Teori
pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans
dan Harold Jeffreys. Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek
pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi
Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas
panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan
mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.
10. Teori
Kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
B. Karakteristik dan Penjelasan Tata Surya
Tata surya
adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut
matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Tata surya terletak didalam satu
galaksi. Galaksi itu adalah galaksi Bismasakti ataupun yang disebut milkyway.
Tata surya terdiri atas planet, satelit, komet asteroid dan meteorid. Tata
surya terdiri atas delapan planet yang mengelilingi matahari. Berikut ini
adalah komponen tata surya dan karakteristiknya :
1. Matahari
Matahari adalah pusat tata surya.
Matahari termasuk bintang karena dapat memancarkan cahaya sendiri. Matahari
tersusun atas gas pijar yang suhunya sangat tinggi. Matahari mempunyai diameter
1.4000.000 KM atau 109 kali lebih besar dari pada diameter bumi. Matahari
memiliki grafitasi yang besar hingga menyebabkan anggota tata surya beredar
mengelilingi matahari. Secara kimiawi, sekita ¾ massa matahari terdiri atas hidrogen,
sedangkan sisanya didominasi helium.
Matahari berupa bola gas yang
sangat besar dan menyebabkan matahari
menjadi sangat panas. Suhu dipusat matahari mencapai 15.000.000 ˚C.
Sementara itu, suhu dipermukaan mencapai 6.000˚C. Energi sinar matahari ini
membantu perkembangan kehidupan dibumi melalui fotosintesis dan mengubah iklim
dan cuaca bumi.
2. Planet-planet
Kata “Planet” berasal dari bahasa
Yunani yaitu Planetai, yang berarti pengembara. Pengertian dari planet sendiri
adalah benda angkasa yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, berbentuk bulatan,
dan beredar mengelilingi bintang. Dalam Tata Surya, bintang yang dimaksud
adalah matahari. Sebagian besar planet dalam Tata Surya orbitnya diikuti oleh
satelit. Satelit ini beredar mengelilingi planet, dan bersama-sama planet
mengelilingi pusatnya (matahari).
Pada awalnya, dalam Sistem Tata
Surya Terdapat 9 buah planet. Panet-panet itu adalah Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto. Namun pada Sidang Umum
International Astronomical Union (IAU) ke-26, pada tanggal 25 Agustus 2006 di
Praha, menetapkan hanya 8 buah planet yang masuk dalam Sistem Tata Surya. Palet
yang dikeluarkan dalam anggota Tata Surya adalah Pluto.
Planet-planet dalam Tata Surya
dapat dikelompokkan dalam beberapa klasifikasi. Hal ini disebabkan adanya
beberapa macam kriteria untuk mengklasifikasikan planet-planet ini. Berikut ini
adalah beberapa klasifikasi planet dalam berbagai kriteria.
1. Berdasarkan Massanya
a. Planet Superior
Planet Superior adalah planet
dengan massa yang besar. Yang termasuk dalam planet superior adalah Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
b. Planet Inferior
Planet Inferior adalah planet
dengan massa yang kecil. Yang tergolong dalam planet inferior adalah Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars.
2. Berdasarkan Jaraknya ke Matahari
a. Planet Interior
Planet Interior adalah planet-planet
yang jarak rata-rata ke matahari lebih pendek daripada jarak rata-rata Bumi ke
Matahari. Yang termasuk dalam kategori planet interior adalah Merkurius dan
Venus. Planet Interior sering juga disebut dengan Planet Dalam.
b. Planet Eksterior
Planet Eksterior adalah
planet-planet dengan jarak rata-rata ke matahari lebih panjang daripada jarak
rata-rata Bumi ke Matahari. Yang masuk dalam golongan ini adalah planet Mars,
Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Planet Eksterior sering juga disebut
dengan Planet Luar.
3. Meteor
Ketika kita melihat sejenak ke
langit yang cerah pada malam hari, tampak seberkas cahaya bergerak cepat lalu
hilang. Itulah meteor. Meteor atau disebut juga bintang jatuh merupakan bagian
dari asteroid yang terpisah. Meteor yang jatuh mengarah ke Bumi akan tampak
seperti bola api.
Meteor yang jatuh terkadang sangat
banyak dan disebut sebagai hujan meteor. Ketika terjadi hujan meteor, jutaan
meteor masuk ke dalam atmosfer Bumi, tetapi sebagian besar terbakar habis
sebelum mencapai permukaan Bumi. Kadang-kadang meteor yang besar tidak terbakar
habis dan akhirnya sampai ke permukaan Bumi dan disebut sebagai meteorit.
Meteor besar yang jatuh ke Bumi akan membentuk kawah besar seperti kawah
Barringer di wilayah Arizona. Kawah ini terbentuk oleh meteor yang jatuh
kira-kira 40.000 tahun yang lalu.
4. Asteroid
Asteroid adalah benda langit
berukuran kecil yang mengelilingi matahari dengan lintasan tertentu. Para ahli
meyakini bahwa asteroid merupakan sisa-sisa bahan pembentuk planet. Jumlah asteroid
sangat banyak, semuanya secara teratur berkumpul membentuk sabuk asteroid.
Diameter sabuk asteroid sekitar 100 km. Sabuk asteroid ini berbentuk melingkar
di antara Planet Mars dan Jupiter. Sedangkan, sabuk lainnya bernama Sabuk
Edgeworth-Kuiper, terletak jauh di belakang Planet Neptunus. Sabuk asteroid
memerlukan waktu sekitar 3 hingga 6 tahun untuk sekali mengitari Matahari.
Asteroid yang satu dengan lainnya terpisah sejauh ribuan kilometer. Meskipun
terpisah jauh, terkadang asteroid-asteroid itu bertubrukan. Tubrukan tersebut
menghasilkan pecahan batu yang lebih kecil atau disebut meteoroid.
5. Satelit
Satelit adalah benda langit
pengiring planet. Satelit senantiasa mengiringi dan berputar terhadap planet
pusatnya. Berdasarkan cara terbentuknya satelit dapat dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu :
- Satelit Alam, adalah satelit yang terbentuk karena adanya peristiwa alam bersamaan dengan terbentuknya planet. Contoh: Bulan, sebagai satelit alam Bumi; Titan, sebagai satelit alam Saturnus.
- Satelit Buatan, adalah satelit yang dibuat oleh manusia yang digunakan untuk tujuan tertentu. Contoh: Satelit cuaca, satelit komunikasi, satelit mata-mata, dan sebagainya.
Pada umumnya planet-planet dalam
sistem tata surya mempunyai beberapa satelit yang senantiasa mengiringinya.
Hanya planet Merkurius dan planet Venus yang tidak memiliki satelit.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar