Minggu, 23 Oktober 2016

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR ENI SETIAWATI

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR# Eni Setiawati
Nama          : Eni Setiawati
NPM : 12516338
Kelas : 1PA12

Mengapa generasi muda lebih mudah menerima kebudayaan asing daripada generasi tua?

Generasi muda memiliki jiwa yang penuh dengan ambisi dan semangat yang tinggi, penuh dengan rasa ingin tahu, dan selalu ingin mencoba hal baru. Itulah alasan mengapa generasi muda mudah menerima kebudayaan asing. Mereka memandang budaya asing merupakan hal baru yang wajib diketahui. Semakin mereka mengetahui banyak hal mengenai budaya asing semakin merasa dirinya manusia modern yang sangat aktif mengikuti perkembangan zaman. Terlepas dari dampak positif dan negatif yang dibawa oleh kebudayaan tersebut.  

Dari yang saya lihat, generasi muda Indonesia mengalami ketidakpercayaan diri pada budayanya sendiri. Tuntutan zaman. Itulah yang membelenggu mereka dalam berbudaya. Mereka merasa budaya luhur merupakan bentuk ketertinggalan dalam menyelami zaman globalisasi. Zaman dimana liberal merupakan paham yang sangat diagung-agungkan. Manusia bebas berekspresi tanpa mementingkan norma dan adat yang berlaku. Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Begitu katanya. Dan fenomena yang terjadi saat ini yaitu generasi muda yang tidak mengenal jati diri bangsanya sendiri, cenderung ikut-ikutan dan mudah terpengaruh.
Kedua, kurangnya rasa menghargai dan memiliki budaya bangsa dalam diri generasi muda. Hal ini dikarenakan generasi muda lahir setelah budaya luhur tercipta. Sehingga, kurangnya kesadaran dan kepedulian generasi muda akan perjuangan melahirkan dan mempertahankan budaya yang dialami oleh generasi terdahulu.

Lain halnya dengan generasi tua yang sangat merasakan perjuangan mempersatukan bangsa melawan penjajah dengan menjunjung tinggi nilai budaya. Mereka menyadari, tanpa budaya, Indonesia tak akan lepas dari belenggu para penjajah. Mereka menyadari, persatuan bangsa tercipta karena mereka mempunyai satu budaya yang luhur. Mereka menyadari, jika budaya Indonesia tidak dijaga dan dilestarikan, pudarlah rasa persatuan dan nasionalisme bangsa. Itulah satu alasan kuat mengapa generasi tua tidak mudah menerima kebudayaan asing.

Berita:                                   Ultah ke-260, Ciri Khas Yogyakarta Memudar
Patricia Vicka    •    07 Oktober 2016 16:04 WIB

Kota Yogyakarta berulang tahun ke-260 pada Jumat 7 Oktober 2016. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkot Yogyakarta untuk membenahi kota berjuluk Kota Budaya ini.

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto mengatakan Kota Yogyakarta kini mulai berubah menjadi kota besar yang memunculkan problematika tata kota. kemacetan, genangan air, pembangunan hotel, dan apartemen.

"Perubahan lingkungan fisik, budaya, dan sosial membuat warga Kota Yogyakarta butuh ruang bersama untuk berekspresi," ujar Eko, di Yogyakarta, Jumat (7/10/2016).
Ia menilai pemkot perlu segera memperbaiki tata ruang, tata kota, serta mengembalikan kualitas lingkungan hidup yang sehat.

"Investasi dan pembangunan ekonomi tidak boleh hanya untuk keuntungan kelompok besar. Rakyat biasa butuh difasilitasi agar sama-sama sejahtera," kata politisi PDI Perjuangan ini.
Hal serupa juga dikatakan Ketua DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko. Ia melihat ciri khas budaya di kampung-kampung Kota Yogyakarta mulai pudar digerus modernitas.

Di momen ulang tahun ini, dia meminta Pemkot Yogyakarta mengembalikan roh dan ciri khas budaya Yogyakarta. Misalnya, mengangkat kembali potensi dan kebudayaan di kampung- kampung agar menjadi magnet pariwisata.

"Contoh di Kampung Wirobrajan yang dulunya kampung tempat tinggal prajurit keraton Wiropraja. Bisa dihadirkan ciri khas prajurit keratonnya," kata dia.

Pria yang akrab disapa Koko ini juga mendesak pemerintah memperbaiki pembangunan menara komunikasi yang semakin semerawut, termasuk mengerem pembangunan hotel.

Memperingati HUT ke-260 Kota Yogyakarta, pemkot menggelar  Jogja Night Carnival. Carnaval bertema wayang ini akan dilakukan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman menuju Tugu Yogyakarta dan berakhir di jalan Margoutomo dari pukul 18.30 WIB hingga 22.00 WIB.

Seluruh perwakilan kecamatan di Kota Yogyakarta akan menampilkan kesenian dan parade kostum tokoh wayang untuk menyemarakkan perayaan ulang tahun.
(UWA)


Faktor yang menyebabkan daerah Yogyakarta menerima kebudayaan baru:

Adanya kontak sosial yang terjalin antara masyarakat pribumi dengan wisatawan asing menciptakan interaksi yang menyebabkan masyarakat Yogyakarta mau tidak mau harus menerima budaya yang dibawa oleh wisatawan asing.

Sebagai kota yang terkenal dengan banyaknya tempat wisata, menjadikan Yogyakarta harus terus melakukan pembangunan di bidang sarana dan prasarana untuk meningkatkan kemudahan dan kenyamanan wisatawan. Masyarakat Yogyakarta juga harus dituntut terbuka dengan budaya asing. Seperti bahasa misalnya, meskipun belum terlalu banyak namun para penarik becak di Yogyakarta harus mengerti dan menggunakan bahasa inggris agar dapat berkomunikasi dengan penumpang mereka yang berasal dari luar negeri. Begitu pun dengan cara berbusana yang dikenakan oleh wisatawan asing yang cenderung terbuka, masyarakat sudah mulai maklum dan terbiasa dengan pemandangan seperti itu.

Bentuk penyebarannya melalui:

Akulturasi dan asimilasi telah terjadi di Yogyakarta. Banyaknya wisatawan asing yang ingin menambah wawasannya terhadap kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Secara tidak langsung, masyarakat Yogyakarta pun sebaliknya. Mereka mulai mengenal budaya wisatawan asing. Ada yang dapat menyikapinya dengan bijaksana ada juga yang dengan utuh menerima kebudayaan luar. Akibatnya, banyak kita temukan masyarakat pribumi yang mulai meniru budaya luar. Seperti gaya hidup misalnya, budaya berbusana yang tidak lagi mementingkan adab kesopanan, perilaku konsumtif yang sangat merugikan karena hanya mementingkan keinginan bukan kebutuhan, mengonsumsi makanan cepat saji secara berkelanjutan, pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sikap individualisme yang tinggi dan sebagainya. Itu merupakan potret negatif dari akulturasi dan asimilasi budaya yang tidak sempurna. Namun ada juga dampak positif yang dihasilkan dari akulturasi dan asimilasi budaya, seperti, masyarakat Indonesia yang cenderung kurang menghargai waktu dapat berkaca pada masyarakat luar yang sangat menghargai waktu. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat Indonesia harus mampu bersaing dengan masyarakat luar dalam pengembangan IPTEK. Menciptakan teknologi yang dapat membawa kebaikan dan tidak merugikan manusia lain dan alam.

Cara saya mempertahankan kebudayaan daerah sendiri:
1. Menumbuhkan rasa memiliki dan kesadaran diri akan pentingnya sebuah kebudayaan.
2.  Meningkatkan kepercayaan diri untuk bangga dengan kebudayaan sendiri.
3. Menghilangkan rasa gengsi untuk mempelajari kebudayaan tersebut dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari.
4. Memperdalam pengetahuan tentang budaya melalui pengenalan sejarah bangsa dengan mengeksplorasi cagar budaya.
5. Turut berpartisipasi dalam pelestarian budaya dan mengenalkannya pada masyarakat luas.

Cara saya agar tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan baru:
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai manusia yang beragama. Agama menjadi dasar manusia dalam bersikap dan berperilaku termasuk dalam menyikapi kebudayaan baru. Jika kebudayaan itu jelas bertentangan dengan ajaran agama, hati nurani kita pasti akan menolaknya juga. Jika kita tetap melakukan pasti akan ada rasa bersalah yang timbul di dalam hati.

2. Berpegang teguh dengan nilai-nilai Pancasila. Kita memiliki pedoman hidup bangsa yaitu Pancasila, yang jika kita resapi dan amalkan akan memiliki nilai budi yang sangat luhur. Dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila kita akan menjadi manusia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi.

3. Selektif dalam menyikapi budaya baru yang masuk. Globalisasi membuat masyarakat mau tidak mau mengikuti perkembangan zaman, menerima informasi dari seluruh belahan dunia. Namun bukan berarti kita harus menerima budaya asing yang masuk secara utuh. Kita harus bisa memilah-milah budaya yang memang baik, sesuai, dan tidak bertentangan dengan jati diri bangsa Indonesia.

4. Bersikap moderat terhadap budaya baru. Tidak menolak dan tidak mendukung sepenuhnya. Masyarakat moderat berusaha mengambil sisi positif dan mencegah sisi negatif dari budaya baru tersebut. Orang yang moderat bersikap kuat dan terbuka, serta bangga dengan identitas dirinya. la sadar akan dampak globalisasi tetapi tetap berpegang teguh dengan identitas budayanya. Bahkan, ia bisa memanfaatkan era globalisasi untuk memperkenalkan budayanya kepada dunia.

5. Mempersiapkan diri sebaik mungkin. Belajar, itulah satu hal penting juga yang harus saya lakukan untuk menghadapi globalisasi. Dengan menambah wawasan mengenai budaya baru itu, kita dapat mengetahui jelas baik dan buruknya dampak yang diakibatkan. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menyikapi perkembangan zaman. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat penting, membuat kita tidak hanya sekadar paham tentang teknologi itu tapi kita juga dapat mengendalikannya.


6. Menghargai budaya bangsa. Bersyukurlah karena kita terlahir di tanah ini. Indonesia. yang sangat kaya dengan ragam budayanya. Sadari itu dengan bersyukur. bersyukur dengan menghargai. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...