TUGAS ILMU
BUDAYA DASAR# Eni Setiawati
Nama : Eni Setiawati
NPM : 12516338
Kelas : 1PA12
Mengapa
generasi muda lebih mudah menerima kebudayaan asing daripada generasi tua?
Generasi
muda memiliki jiwa yang penuh dengan ambisi dan semangat yang tinggi, penuh
dengan rasa ingin tahu, dan selalu ingin mencoba hal baru. Itulah alasan
mengapa generasi muda mudah menerima kebudayaan asing. Mereka memandang budaya
asing merupakan hal baru yang wajib diketahui. Semakin mereka mengetahui banyak
hal mengenai budaya asing semakin merasa dirinya manusia modern yang sangat
aktif mengikuti perkembangan zaman. Terlepas dari dampak positif dan negatif
yang dibawa oleh kebudayaan tersebut.
Dari
yang saya lihat, generasi muda Indonesia mengalami ketidakpercayaan diri pada
budayanya sendiri. Tuntutan zaman. Itulah yang membelenggu mereka dalam
berbudaya. Mereka merasa budaya luhur merupakan bentuk ketertinggalan dalam
menyelami zaman globalisasi. Zaman dimana liberal merupakan paham yang sangat
diagung-agungkan. Manusia bebas berekspresi tanpa mementingkan norma dan adat
yang berlaku. Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Begitu katanya. Dan fenomena yang terjadi saat ini yaitu generasi muda
yang tidak mengenal jati diri bangsanya sendiri, cenderung ikut-ikutan dan
mudah terpengaruh.
Kedua,
kurangnya rasa menghargai dan memiliki budaya bangsa dalam diri generasi muda.
Hal ini dikarenakan generasi muda lahir setelah budaya luhur tercipta.
Sehingga, kurangnya kesadaran dan kepedulian generasi muda akan perjuangan
melahirkan dan mempertahankan budaya yang dialami oleh generasi terdahulu.
Lain
halnya dengan generasi tua yang sangat merasakan perjuangan mempersatukan
bangsa melawan penjajah dengan menjunjung tinggi nilai budaya. Mereka menyadari,
tanpa budaya, Indonesia tak akan lepas dari belenggu para penjajah. Mereka
menyadari, persatuan bangsa tercipta karena mereka mempunyai satu budaya yang
luhur. Mereka menyadari, jika budaya Indonesia tidak dijaga dan dilestarikan,
pudarlah rasa persatuan dan nasionalisme bangsa. Itulah satu alasan kuat
mengapa generasi tua tidak mudah menerima kebudayaan asing.
Berita:
Ultah
ke-260, Ciri Khas Yogyakarta Memudar
Patricia
Vicka • 07 Oktober 2016 16:04 WIB
Kota
Yogyakarta berulang tahun ke-260 pada Jumat 7 Oktober 2016. Namun, masih banyak
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkot Yogyakarta untuk membenahi kota
berjuluk Kota Budaya ini.
Ketua
Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto mengatakan Kota Yogyakarta kini mulai berubah
menjadi kota besar yang memunculkan problematika tata kota. kemacetan, genangan
air, pembangunan hotel, dan apartemen.
"Perubahan
lingkungan fisik, budaya, dan sosial membuat warga Kota Yogyakarta butuh ruang
bersama untuk berekspresi," ujar Eko, di Yogyakarta, Jumat (7/10/2016).
Ia
menilai pemkot perlu segera memperbaiki tata ruang, tata kota, serta
mengembalikan kualitas lingkungan hidup yang sehat.
"Investasi
dan pembangunan ekonomi tidak boleh hanya untuk keuntungan kelompok besar.
Rakyat biasa butuh difasilitasi agar sama-sama sejahtera," kata politisi
PDI Perjuangan ini.
Hal
serupa juga dikatakan Ketua DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko. Ia melihat ciri
khas budaya di kampung-kampung Kota Yogyakarta mulai pudar digerus modernitas.
Di
momen ulang tahun ini, dia meminta Pemkot Yogyakarta mengembalikan roh dan ciri
khas budaya Yogyakarta. Misalnya, mengangkat kembali potensi dan kebudayaan di
kampung- kampung agar menjadi magnet pariwisata.
"Contoh
di Kampung Wirobrajan yang dulunya kampung tempat tinggal prajurit keraton
Wiropraja. Bisa dihadirkan ciri khas prajurit keratonnya," kata dia.
Pria
yang akrab disapa Koko ini juga mendesak pemerintah memperbaiki pembangunan
menara komunikasi yang semakin semerawut, termasuk mengerem pembangunan hotel.
Memperingati
HUT ke-260 Kota Yogyakarta, pemkot menggelar
Jogja Night Carnival. Carnaval bertema wayang ini akan dilakukan di
sepanjang Jalan Jenderal Sudirman menuju Tugu Yogyakarta dan berakhir di jalan
Margoutomo dari pukul 18.30 WIB hingga 22.00 WIB.
Seluruh
perwakilan kecamatan di Kota Yogyakarta akan menampilkan kesenian dan parade
kostum tokoh wayang untuk menyemarakkan perayaan ulang tahun.
(UWA)
Faktor
yang menyebabkan daerah Yogyakarta menerima kebudayaan baru:
Adanya
kontak sosial yang terjalin antara masyarakat pribumi dengan wisatawan asing
menciptakan interaksi yang menyebabkan masyarakat Yogyakarta mau tidak mau
harus menerima budaya yang dibawa oleh wisatawan asing.
Sebagai
kota yang terkenal dengan banyaknya tempat wisata, menjadikan Yogyakarta harus
terus melakukan pembangunan di bidang sarana dan prasarana untuk meningkatkan
kemudahan dan kenyamanan wisatawan. Masyarakat Yogyakarta juga harus dituntut
terbuka dengan budaya asing. Seperti bahasa misalnya, meskipun belum terlalu
banyak namun para penarik becak di Yogyakarta harus mengerti dan menggunakan
bahasa inggris agar dapat berkomunikasi dengan penumpang mereka yang berasal
dari luar negeri. Begitu pun dengan cara berbusana yang dikenakan oleh
wisatawan asing yang cenderung terbuka, masyarakat sudah mulai maklum dan terbiasa
dengan pemandangan seperti itu.
Bentuk
penyebarannya melalui:
Akulturasi
dan asimilasi telah terjadi di Yogyakarta. Banyaknya wisatawan asing yang ingin
menambah wawasannya terhadap kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Secara tidak
langsung, masyarakat Yogyakarta pun sebaliknya. Mereka mulai mengenal budaya
wisatawan asing. Ada yang dapat menyikapinya dengan bijaksana ada juga yang
dengan utuh menerima kebudayaan luar. Akibatnya, banyak kita temukan masyarakat
pribumi yang mulai meniru budaya luar. Seperti gaya hidup misalnya, budaya
berbusana yang tidak lagi mementingkan adab kesopanan, perilaku konsumtif yang
sangat merugikan karena hanya mementingkan keinginan bukan kebutuhan,
mengonsumsi makanan cepat saji secara berkelanjutan, pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sikap individualisme yang tinggi dan
sebagainya. Itu merupakan potret negatif dari akulturasi dan asimilasi budaya
yang tidak sempurna. Namun ada juga dampak positif yang dihasilkan dari
akulturasi dan asimilasi budaya, seperti, masyarakat Indonesia yang cenderung
kurang menghargai waktu dapat berkaca pada masyarakat luar yang sangat
menghargai waktu. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
Indonesia harus mampu bersaing dengan masyarakat luar dalam pengembangan IPTEK.
Menciptakan teknologi yang dapat membawa kebaikan dan tidak merugikan manusia
lain dan alam.
Cara
saya mempertahankan kebudayaan daerah sendiri:
1.
Menumbuhkan rasa memiliki dan kesadaran diri akan pentingnya sebuah kebudayaan.
2.
Meningkatkan kepercayaan diri untuk bangga dengan kebudayaan sendiri.
3.
Menghilangkan rasa gengsi untuk mempelajari kebudayaan tersebut dan
menerapkannya dikehidupan sehari-hari.
4.
Memperdalam pengetahuan tentang budaya melalui pengenalan sejarah bangsa dengan
mengeksplorasi cagar budaya.
5.
Turut berpartisipasi dalam pelestarian budaya dan mengenalkannya pada
masyarakat luas.
Cara
saya agar tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan baru:
1.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai manusia
yang beragama. Agama menjadi dasar manusia dalam bersikap dan berperilaku
termasuk dalam menyikapi kebudayaan baru. Jika kebudayaan itu jelas
bertentangan dengan ajaran agama, hati nurani kita pasti akan menolaknya juga.
Jika kita tetap melakukan pasti akan ada rasa bersalah yang timbul di dalam
hati.
2.
Berpegang teguh dengan nilai-nilai Pancasila. Kita memiliki pedoman hidup bangsa
yaitu Pancasila, yang jika kita resapi dan amalkan akan memiliki nilai budi
yang sangat luhur. Dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila kita akan menjadi
manusia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi.
3.
Selektif dalam menyikapi budaya baru yang masuk. Globalisasi membuat masyarakat
mau tidak mau mengikuti perkembangan zaman, menerima informasi dari seluruh
belahan dunia. Namun bukan berarti kita harus menerima budaya asing yang masuk
secara utuh. Kita harus bisa memilah-milah budaya yang memang baik, sesuai, dan
tidak bertentangan dengan jati diri bangsa Indonesia.
4.
Bersikap moderat terhadap budaya baru. Tidak menolak dan tidak mendukung sepenuhnya.
Masyarakat moderat berusaha mengambil sisi positif dan mencegah sisi negatif
dari budaya baru tersebut. Orang yang moderat bersikap kuat dan terbuka, serta
bangga dengan identitas dirinya. la sadar akan dampak globalisasi tetapi tetap
berpegang teguh dengan identitas budayanya. Bahkan, ia bisa memanfaatkan era
globalisasi untuk memperkenalkan budayanya kepada dunia.
5.
Mempersiapkan diri sebaik mungkin. Belajar, itulah satu hal penting juga yang
harus saya lakukan untuk menghadapi globalisasi. Dengan menambah wawasan
mengenai budaya baru itu, kita dapat mengetahui jelas baik dan buruknya dampak
yang diakibatkan. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam
menyikapi perkembangan zaman. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi juga
sangat penting, membuat kita tidak hanya sekadar paham tentang teknologi itu
tapi kita juga dapat mengendalikannya.
6.
Menghargai budaya bangsa. Bersyukurlah karena kita terlahir di tanah ini.
Indonesia. yang sangat kaya dengan ragam budayanya. Sadari itu dengan
bersyukur. bersyukur dengan menghargai. Karena bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai budayanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar