Minggu, 23 Oktober 2016

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR DINA AINUN NABILLA

Nama : Dina Ainun Nabilla
NPM : 12516070

1. Jelaskan mengapa generasi muda lebih mudah menerima kebudayaan asing daripada generasi tua?

Menurut pendapat saya, generasi muda menganggap kalau kebudyaan asing lebih keren,lebih trendi,tidak terlihat kampungan. Kebiasaan yang terlihat pada zaman sekarang adalah mula terkikis nya musik tradisional yang kalah oleh musik pop,rock,metal. Pada saat membeli barang sesuatu, generasi muda lebih memilih barang dengan brand asing karena dianggap lebih bagus dan berkualitas. Selain itu permainan tradisional seperti gasing,enggrang,dll sudah mula terkikis oleh permainan online. Salah satu faktor lainnya adalah globalisasi. Karena jika tidak ada globalisasi kebudayaan asing tersebut hanya diketahui oleh penduduk negara tersebut. Selain itu generasi muda zaman sekarang juga lebih menerima kebudayaan asing karena kebudayaan asing memberikann kebebasan,mereka menganggap kalo budaya ketimuran yang selama ini dianut Indonesia itu sudah kuno,dan terlalu monoton. Selain itu teknologi juga mengambil andil dalam hal ini. Mengapa begitu? Karena di era modern ini semua yang kita perlukan dapat kita lihat di gadget tanpa haris bersusah payah untuk mencarinya,tiinggal cari apa yang kita mau dan semua sudah tersedia. Banyak generasi muda yang enggan untuk belajar sejarah,karena merasa kalau sejarah itu membosankan,namun kenyataan nya dengan belajar sejarah kita dapat lebih menghargai dan mampu menumbuhkan rasa nasionalisme di jiwa generasi muda. Kurangnya kesadaran dan pembelajaran tersebut membuat kebudayaan bangsa sendiri semakin tergerus oleh kebudayaan asing tersebut. Kebudayaan asing juga memiliki dampak positif seperti kita mampu untung berpola pikir dan mempelajari kebiasaan dan perilaku dari negara maju, lebih mandiri dalam menyelesaikan pekerjaan,memperluas pengetahuan. Namun beberapa dampak negatif dari kebudayaan asing,seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas yang sedang marak di kalangan generasi muda. Hal tersebut dapat terjadi karena mudahnya untuk mengakses dan kurangnya pengawasan dari orang tua yang membuat banyak generasi muda terjerumus. Sedangkan dengan generasi tua lebih sulit menerima kebudayaan asing karena mereka merasa bahwa kebudayaan tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan ketimuran yang selama ini dianut. Selain itu, generasi tua lebih mengetahui perjuangan para pahlawan sehingga lebih mampu menghargai dan mencintai negara sendiri.





















2. carilah sebuah daerah yang telah mengalami perubahan budaya.

ü  Globalisasi merupakan fenomena sosial-budaya yang dengan cepat merubah pola hidup manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Globalisasi pun menawarkan kepuasan individual dan golongan yang semakin menekan pengambilan keputusan dengan resiko yang sangat riskan. Keputusan tanpa pertimbangan matang, yang berdampak pada terancamnya keberadaan sebuah kebudayaan asli. Semisal, keputusan melalui kesombongan teknologi, ekonomi, politik, yang secara berangsur dapat dengan mudah menggeser nilai-nilai budaya/tradisi asli.
ü 
Pengalaman saya waktu saya berkunjung ke tempat dinas ayah saya yang kebetulan ayah saya dinas di Papua. Didalam pikiran saya tentang Papua adalah kota sepi yang membosankan dan hanya berisi hutan. Namun salah ternyta banyak hal tersembunyi di kota paling timur di Indonesia. Sebenarnya dibeberapa kalangan masyarakat Papua masih banyak yang masih terbiasa untuk memakan buah inag,kapur dll. Namun kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan karena banyak masyarakat yang menganggap hal itu sangat kuno dan jorok. Hal lainnya adalah kebiasaan masyarakat Papua zaman dulu yang biasa berpakaian menggunakan koteka,kini sudah mulai mengenal yang namanya pakaian. Kota Papua yang dulu dikenal atau banyak yang berpikiran bahwa Papua adalah kota terpelosok,kota paliang ujung yangtidak ada apa-apanya,namun kini Papua ada kota yang maju,sudah banyak pusat perbelanjaan disana,masyarakat Papua lebih terbuka dan menerima hal baru dari luar. Mungkin kebiasaan yang masih dipercayai oleh masyaralkat disana adalah mengolesi tubuh nya dengan minyak babi agar tidak digigit oleh nyamuk malaria.
ü 
Teknologi sudah mulai canggih,kebiasaan dan gaya hidup kebudayaan asing yang bebas lebih mampu untuk diterima oleh masyarakat di Papua. Dengan teknologi semua dapat diakses dengan mudah,seakan-akan dunia berada dalam genggaman kita. Sehingga hal tersebut yang membuat kebudayan asli tersebut tergerus. Perubahan tersebut dapat terlihat dari bagaimana masyarakat Papua telah mengenal teknologi modern dalam kurun waktu 3 dekade.
ü  
Suku-suku di Papua sedang mengalami geger budaya atau bukan tidak mungkin. Banyak studi atau penelitian membuktikan bahwa dibalik kemajuan pembangunan di Papua, pada saat yang sama, suku-suku di Papua yang tidak kuat dan kurang beradaptasi terhadap perubahan yang berlangsung cepat di wilayahnya, sedang mengalami geger budaya. Geger budaya sejak industri-industri masuk ke wilayah Papua, bahkan saat ini semakin intensif, menunjukkan sebuah perubahan sosial-budaya yang sangat drastis.
ü  
Budaya lokal berada pada posisi terancam. Budaya lokal bertahan atau bergeser tergantung pada legitimasi adat, komunitas/suku-suku yang berada di Papua sebagai penganut dan pelaksana budayanya. Komunitas adat yang lemah pastinya akan berdampak pada gegernya nilai-nilai baik dari komunitas local itu. Komunitas lokal yang kuat pasti akan mempertahankan nilai-nilai hidup baik sekali pun arus golobalisai atau indutrialisasi mengerogoti ketahanan budaya.
ü 
Salah satu penyebab tergusur nya kebudayaan lokal di kota Papua adalah keberadaan perusahaan-perusaan asing . Misalnya, kehadiran dan keberadaan perusahaan-perusahaan lokal, nasional dan multiinternasional yang ada, misalnya; PT. Freeport Indonesia Mc moran, sebagai pihak yang mengelola pertambangan emas di wilayah kabupaten Timika. PT. British Petroleum yang mengelola gas dan minyak bumi di Bintuni. PT. Rajawali, PT.PN II Arso yang mengelola minyak kelapa sawit di kabupaten Keerom/Arso.
ü  Keberadaan dan kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut telah mengeksploitasi sumber daya alam Papua secara besar-besaran. Karena di Papua terdapat banyak sekali suember daya alam yang memiliki nilai jual yang tinggi, seperti emas,timah,batu bara,minyak bumi sehingga banyak perusahaan asing yang mengeksploitasinya. Ekplorasi itu mengakibatkan rusaknya ekosistem alam. Rusaknya ekosistem laut akibat pembuangan limbah, suku-suku asli kehilangan Hak Ulayat dan mata pencaharian akibat ilegaloging, tambang dan perusahaan kelapasawit yang membabat habis hutan sagu. Namun banyak sumber daya alam di Papua malah tidak banyak dirasakan oleh penduduk asli disana. Untuk harga bahan pokok disana pun sangat mahal,harga bahan bakar juga sangat mahal,susahnya akses pengiriman barang kesana juga menjadi salah satu faktor. Kota Papua banyak di eksploitasi namun timbal balik untuk ota tersebut tidak sesuai dengan apa yang sudah diambil.
ü 
Fenomena demikian menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan di Papua sebenarnya tidak mengandung unsur/nilai penting dari kata “kebijakan” itu sendiri. Kebijakan pembangunan, tidak semata-mata hanya sebuah label saja, melainkan bagaimana menempatkan atau memberikan sebuah solusi terbaik yang benar-benar mempertimbangkan kebutuhan masyarakat di Papua dengan porsi yang seadil-adilnya tanpa ada diskriminasi.
ü  
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang demikian dapat juga diinterpretasikan mengandung unsur legitimasi industrialisasi. Legitimasi industri cenderung memicu terjadinya tindak kekerasan antara masyarakat Papua dengan pihak Aparat, aparat dengan aparat dan yang lebih disesalkan lagi bahwa kekerasan itu terjadi di antara sesama masyarakat Papua. Pada skala ini, norma-norma adat setempat tidak dapat lagi memecahkan masalah-masalah/persoalan yang akan dihadapi oleh penduduk atau masyarakat Papua, terkait juga, misalnya soal sengketa tanah adat atau hak ulayat.
ü  
Fenomena ini semakin menjelaskan bahwa keberadaan industri memberi dampak semakin melemahnya legitimasi Adat-istiadat dan tradisi masyarakat Papua yang dengan mudah, dapat dimanfaatkan pada momen-momen tertentu untuk kepentingan beberapa pihak semata. Misalnya, kepentingan kaum pemodal dan politikus yang raskus kekayaan dan jabatan. Melemahnya legitimasi adat itu sangat terlihat lagi dari perilaku anak muda. Anak muda Papua tegelam dalam Budaya Massa. Kata mereka yang tegelaman itu “cuek is the best”. Cuek terhadap sorotan, tuduhan dan harapan kaum tua kepada kaum mudah sebagai generasi pewaris nilai-nilai budaya asli. Sikap cuek ini mengungkapkan bahwa globalisasi cukup memberikan potensi yang sangat signifikan dan mampu mempengaruhi kehidupan anak muda Papua dewasa ini. Kaum mudah Papua mengikuti gaya selebritis media massa seperti, Televisi, Internet, Telepon Seluler (Hp), dan lain sebagainya.
ü  
Kondisi ini sebagai pertanda bahwa telah terjadi perubahan yang mengarah pada pergeseran penggunaan dan pemaknaan budaya asli, misalnya dalam penggunaan dan pemaknaan “bahasa tanah” atau “bahasa ibu”. Apabila diperhatikan pada kalangan kaum muda Papua, bahasa “tanah” atau bahasa “ibu” tidak lagi menjadi sarana komunikasi yang rutin di gunakan dalam pergaulan keseharian mereka. Artinya bahwa “bahasa tanah” atau “bahasa ibu” yang dulunya sebagai sarana pengikat sebuah kekerabatan yang sarat makna dalam konteks budaya setempat, tidak praksis lagi untuk dipergunakan.
ü  
Pergeseran ini terjadi karena kurangnya internalisasi budaya. Kurangnya pemahaman ini membuat anak-anak muda Papua pun terkadang acuh dan cenderung berasumsi bahwa misalnya bahasa Korea atau Bahasa Inggris dengan aksennya atau bahasa gaul yang sering mereka istilahkan adalah bahasa-bahasa yang jauh lebih baik dan menjadikan mereka merasa lebih modern, mungkin lebih manusiwi atau statusnya lebih berada ketimbang mengunakan bahasa ibu.
ü  
Di samping bahasa, tak bisa dipungkiri juga bahwa anak-anak muda Papua sedang berada dalam dinamika yang terkadang tak bisa dihindari karena mengadopsi gaya hidup modern dengan gaya atau mode berpakaian yang ke-“barat-barat”-an, berdansa dan berpakaian dengan gaya yang sering terlihat di televisi yang mungkin sering mereka tonton yang lazimnya dianggap tidak etis, kini tampak lebih etis. Sebaliknya tarian adat, lagu-lagu, ritual-ritual adat/ritus-ritus daerah seperti; goyang pantat, perang-perangan, tarian pinggul, toki tifa, wene pugut, awanni, waita, yospan, tumbuk tanah, menganyam noken, membuat kebun, pahat/ukir patung, tarian asmat, togok sagu, bakar batu/barapen dan lain sebagainya tidak menjadi, semakin memudar dan pelan-pelan semakin tersisih kemudian ditinggalkan dan hilang dengan sendirinya.
ü 
Sejumlah fenomena ini sedang dialami sebagian besar masyarakat dan khususnya kaum muda pada suku-suku di Papua yang umumnya tengah mengalami segregasi budaya akibat semakin terbukanya ruang terciptanya pergeseran nilai-nilai budaya. Situasi ini sangat membahayakan eksisnya budaya Papua di masa yang akan datang. Globalisasi seolah-olah bak penyakit kanker yang tengah mengakar kesetiap jaringan tubuh manusia.
ü 
Modernisasi dan globalisasi yang menggerogoti nilai-nilai budaya asli masyarakat Papua. Orang Papua menolak tidak akan menghentikan proses yang sedang terjadi dan menerima atau terbuka adalah sebuah pilihan yang tanpa dipaksakan akan tetap terjadi namun tergantung subyektifitas atau daya saring dalam masyarakat Papua, karena hal tersebut semakin terkondisi dan lebih parah lagi apabila dampak globalisasi terkonstruksi dalam masyarakat yang akhirnya akan menggeser nilai-nilai budaya asli Papua. Menjadi riskan bahwa terkadang representasi masyarakat terutama dikalangan anak muda terhadap budaya baru cukup intens. Maka, perlunya penumbuhan sikap benar-benar memahami struktur budayanya dan terlebih dalam konteks sebagai subyek karena terkadang subyektifitas selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang cukup atraktif atau lebih modern.
ü  
Regenerasi nilai-nilai budaya asli agar tidak hilang adalah salah satu cara yang secara alamiah telah terbawa dan telah menjadi tanggung jawab kaum muda Papua. Penerusan atau pewarisan nilai-nilai budaya sebaiknya tidak dijadikan sebatas slogan terhadap keidentitasan sebagai masyarakat Papua, misalnya dengan menggunakan pakaian adat, menyanyikan lagu dalam bahasa “tanah” atau bahasa “ibu” ataupun sekedar melakonkan cerita zaman dahulu dalam sebuah teater mini melainkan perlunya proses Internalisasi terhadap pemaknaan budaya asli yang benar-benar mendalam. Proses Internalisasi yang dimaksud adalah proses dimana kesadaran cultural yakni kesadaran nalar dan batin dapat dibangun agar terjadi keseimbangan. Jika tidak, maka pewarisan tersebut hanya akan bersifat mentransplantasi ke anak-anak dan generasi muda dan hal tersebut tidak akan bertahan lama, kemudian akan hilang bersama waktu atau kasarnya budaya tersebut hanya akan menjadi sejarah. Tentunya hal tersebut bukan harapan seluruh masyarakat adat Papua yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya asli Papua, maka hal terpenting yang mestinya dilakukan adalah tidak hanya sekedar menjaga atau mempertahankan dan lebih dari pada itu menjadi subyek agar keberadaan nilai-nilai kebudayaan asli tidak hilang atau mati dan hal itu menjadi tanggung jawab semua pihak yang ada dan berada di Papua.
ü  
Bagaimana cara melestarikan nya? Cara saya adalah dengan ya gak usah malu untuk mengakui atau mempelajari nya,karena banyak orang asing yang juga ingin mempelajari kebudayaan Indonesia. Banyak hal yang perlu kita eksplor disini. Banyak tempat-tempat wisata yang tidak kalah indah. Sebenarnya Indonesia mempunyai kualitas barang yang bagus, namun masyarakat Indonesia itu memiliki gengsi yang tinggi,selalu menganggap kalo barang indonesia itu tidak bermutu. Seandainya memang kita tidak mampu memberikan prestasi atau tidak bisa mengharumkan nama bangsa setidaknya kita harus lebih menghargai hasil kebudayaan kita sendiri. Membeli,dan menggunakan produk buatan negeri sendiri,meperkenalkan kebudyaan Indonesia diajang internasional,ikut andil dalam pelestarian nya.

ü  
Cara kita agar tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing adalah dengan menyaring kebudayaan tersebut. Memang kebudayaan asing itu tidak selamanya negatif ada beberapa dampak positif nya juga. Menyaring hal-hal positif dari kebudyaan asing tersebut. Lebih banyak mempelajari tentang sejarah kebudayaan karena dengan begitu kita mampu untuk lebih menghargai kebudayaan sendiri.

                         Daftar Pustaka
                        ( http://beritamanado.com/globalisasi-mengancam-budaya-papua/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...