Nama: Adilla Novita Hendinar
NPM : 10516168
Kelas: 1PA12
Mengapa Generasi
Muda Lebih Mudah Menerima Budaya Asing?
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat, segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat di tentukan oleh kebudayaan yang di miliki oleh masayrakat itu
sendiri. Kebudayaan adalah sesautu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi lain dan selanjunya berjalan seperti itu. Di Indonesia sendiri
terdapat berbagai macam kebudayaan yang sangat melimpah, sehingga kesan
tradisionalisme pun tetap erat di masyarakat. Namun dengan adanya akulturasi
dan globalisasi membuat masyarakat harus lebih berfikiran terbuka dan menerima
arus masuknya kebudayaan asing ke kebudayan tradisional kita sendiri.
Pada
umumnya generasi muda di anggap sebagi individu yang dapat dengan cepat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui akulturasi. Namun
sebaliknya generasi tua di anggap sebagai orang kolot yang sukar untuk menerima
kebudayaan asing, karna generasi tua sendiri masih berfikiran tradisional dan
taat akan adat istiadat dari tempatnya berasal. Generasi muda sendiri dapat di
bilang lebih berfikir terbuka karena belum menetapnaya unsur atau norma
tradisional dalam jiwa mereka, hal itu menyebabkan mereka dengan mudah menerima
lalu menyerap budaya baru yang masuk dan dapat mengubah hidup serta pandangan
mereka.
Dengan
adanya akulturasi tersebut tercipta suatu masyarakat atau kelompok yang sukar
sekali bahkan tak dapat menerima kebudaaan baru. Masuknya budaya asing yang
menyebabkan perubahan sekitar di anggap sebagai keadaan krisis adat yang
membahayakan masyarakat.
Tanpa
disadari budaya asing yang masuk juga menciptakan pengaruh positif kepada
masyarakat. Misalkan dengan unsur kebendaan, peralatan yang lebih modern mudah
dipakai, lebih efektif dan sangat bermanfaat. Namun kadang kala lebih mudah di
gunakan oleh generasi muda yang memang lebih mudah meresap budaya baru.
Dengan
adanya globalisasi dan akulturasi membawa dampak yang positif namun juga
negatif sehingga generasi tua sering merasa lebih baik mengguakan cara lama
yang di anggap lebih sehat walaupun tidak terlalu efisien. Sekarang bangsa
indonesia tengah berada dalam masa transisi, dari msyarakat agraris menjadi
industri. Dikarenakan hal itu juga, seluruh generasi yang ada mau tidak mau
harus mengikuti zaman yang ada agar dapat terus bertahan.
sumber: http://www.apakabardunia.com/2013/10/wah-suku-di-sulawesi-ini-pakai-aksara.html?
Berita
Dari: http://radarsukabumi.com/2013/10/24/menelisik-asal-usul-aksara-korea-hangeul-di-komunitas-suku-cia-cia-1
Analisis
1.
Analisislah
faktor yang menyebabkan daerah tersebut menerima kebudayaan baru!
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang sudah
tumbuh dan berkembang di masyarakat lokal sebagai penganutnya. Kebudayaan juga
terkait dengan bahasa yang ada di sekitarnya. Suku minoritas yang berjumlah
80.000 jiwa ini memakasi aksara hangul. Bahkan pemerintah juga mengesahkan
bahasa tersebut secara resmi. Mengapa terjadi demikian? Setelah di telusuri hal
ini terjadi karena bahasa asli yang di miliki suku tersebut semakin di
tinggalkan karena mengalami kesulitan saat harus di tulis dengan aksara Bahasa
Indonesia. Maka aksara hangul di pilih, aksara ini dapat menuliskan bahasa
cia-cia lebih akurat. Harapannya dengan penggunaan aksara ini bisa
menyelamatkan bahasa cia-cia yang hampir punah. Saat itu bahasa cia-cia sudah
jarang di gunakan karna di anggap sebagai bahasa yang sukar untuk di pahami
oleh masyarakat daerah itu sendiri, sehingga di carilah jalan keluar untuk
menyelamatkan bahasa asli masyarakat bau-bau yaitu aksara hangul. Maka
perubahan aksara bahasa menjadi aksara korea tak lantas hanya untuk
melestarikan bahasa daerah itu sendiri, pergeseran bahasa yang terjadi pada
suku bau-bau ini juga bersifat positif.
2.
Jelaskan
bagaimana bentuk penyebarannya!
Penggunaan aksara korea ini di sebarkan dengan pelatihan
penulisan huruf hangul kepada para guru agar dapat dengan mudah di
sosialisasikan kepada para murid yang ada. Pelatihan itu di bantu oleh Lee Ho
Nam, seorang dosen dari Seoul Nasional University. Dan juga dengan cara
menyusun buku pelajaran dengan bahasa cia-cia dengan format tulisan hangul.
Hingga saat ini buku itu menjadi pegangan untuk murid SD sejak kelas 4. Dengan
adanya sosialisasi pada buku pegangan tersebut di harapkan, bahasa cia-cia
dapat terus lestari dan terhindar dari kepunahan, walau mengangkat aksara dari
bahasa asing. Penggunaan aksara hagul ini juga makin di perluas setelah Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bau-bau memasukan penulisan hangul sebagai
kurikulum muatan lokal di SD. Bagi para siswa sendiri, aksara hangul di anggap
sangat menarik. Para murid pun bersemangat untuk mempelajari bahasa cia-cia,
bahkan tak jarang seluruh catatan mereka dengan huruf hangul.
3.
Bagaimana cara
mempertahankan kebudayaan kita sendiri?
Cara mempertahankan budaya yang ada di sekitar kita adalah
dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus menghargai setiap budaya yang ada di
lingkungan kita. Contohnya jika ada seseorang yang memaikan alat musik
tradisional di sekitar kita, alangkah baiknya kita bersimpati dan ikut
menyenangi apa yang dilakukannya bukan malah mencemooh karna alat musik
tersebut ketinggalan jaman. Setelah kita menghargai kemungkinan akan ada rasa
ingin tahu, timbulah pertanyaan seperti: Alat musik apa itu? Asalnya darimana?
Bagaimana cara memainkannya? Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang timbul di
benak kita. Dan lalu kita mulai mencoba mendukung budaya tradisional yang ada
dan membantu melestarikannya dengan menambah daya tarik kepada kaum muda. Agar
dapat membantu melestarikanya
Berikut
beberapa cara mempertahankan kebudayaan:
1.
Menghargai Kebudayaan
kita sendiri
2.
Selektif tehadap
kebudayaan yang masuk
3.
Mencintai produk dalam
negri
4.
Ikut dalam
penyelenggaraan kesenian tradisional
5.
Mempelajari dan
menerapkan kebudayaan daerah di kehidupan sehari-hari
6.
Menghindari sikap
primordialisme dan etnotisme
4.
Bagaimana cara
agar kita tidak terpengaruh dengan budaya baru?
Cara mempertahankan nya hanya dengan kesadaran diri kita
terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Kita harus lebih selektif untuk
memilih mengikuti budaya baru mana, kita harus lebih selektif agar bisa
mendapatkan pengaruh positifnya dan menjauhkan pengaruh negatifnya. Kita juga
harus mengetahui jati diri negara kita yaitu memiliki berbagai macam suku
bangsa sehinggal maenghasilkan banyak sekali budaya yang berbeda, kita harus
belajar menghargai dan mencintai budaya kita sendiri. Kita tidak boleh
melupakan apa peninggalan dari nenek moyang kita untuk kita sampai saat ini.
Jangan sampai akibat masuknya budaya barat yang terlihat lebih menggiurkan dan
menarik membuat kita untuk melupakan jati diri bangsa kita. Karena menurut saya
pribadi, kebudyaan baru yang masuk adalah wujud dari suatu budaya yang sudah di
terapkan di daerah lain. Di Indonesia sendiri seperti yang dapat kita ketahui
kebudayaan asing sangat cepat di serap oleh masyarakat Indonesia terutama para
generasi muda, karena menganggap jika tidak menguasai kebudayaan baru makan
tidak up to date.
Berikut cara agar kita tidak
terpengaruh kebudayaan baru:
1. Bersikap
netral dengan kebudayaan baru yang kita jumpai
2. Tumbuhkan
rasa nasionalisme dan menjaganya
3. Persiapkan
diri sebaik mungkin dengan kebudayaan baru yang ada
sumber: http://www.apakabardunia.com/2013/10/wah-suku-di-sulawesi-ini-pakai-aksara.html?
http://brainly.co.id
http://radarsukabumi.com
http://id.wikipedia.org
http://tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar