Sabtu, 22 Oktober 2016

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR Pamela Rosa Angelica

Nama : Pamela Rosa
Kelas : 1PA12
NIM  : 15516708

Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku dan bahasa,yang mencakup tentang adat istiadat daerah contohnya tari-tarian, makanan, bahasa, adat pernikahan, musik,permainan, dan sebagainya.
 Makna dari kebudayaan adalah jati diri atau ciri suatu Negara atau daerah. oleh karna itu di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan didalam daerahnya masing- masing. Bangsa Indonesia memiliki masyarakat yang bertoleransi tinggi terhadap suatu kebudayaan di daerah masing-masing. Pada jaman modern sekarang ini kebudayaan luar sudah mulai memasuki Indonesia melalui tv, radio, telepon genggam, internet, dan sebagainya sehingga banyak yang terpengaruh dengan kebudayaan dari luar tersebut terutama para pemuda.
Pada umumnya generasi muda di anggap sebagai individual yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, sebaliknya juga generasi tua di anggap sebagai orang-orang yang kolot dan sulit menerima hal-hal yang baru. Generasi muda lebih berfikiran maju dan ingin berkembang kearah yang lebih modern, generasi muda ingin mencoba hal-hal yang baru di lihat dan di dengar baik melalui televise, radio, telepon genggam, dan internet yang dimilikinya. Generasi muda lebih mudah terpengaruh dengan kebudayaan asing karena menurut generasi muda itu lebih menarik dari pada kebudayaan bangsanya, sedangkan generasi tua lebih sulit terpengaruh oleh kebudayaan asing karena generasi tua sudah terpola dengan budaya lama atau budaya daerahnya sehingga generasi tua susah menerima kebudayaan asing dan generasi tua membatasi diri dengan hal-hal yang baru dari kebudayaan asing. Kebudayaan asing dapat memberikan dampak positive dan negative terhadap perkembangan masyarakat di suatu daerah atau Negara terlebih bagi pemuda yang mudah terpengaruh kepada kebudayaan asing tersebut. Karna generasi muda belum mempunyai dasar yang kuat untuk memilah-milih kebudayaan yang sesuai untuk digunakan kepada diri sendiri atau Negara sendiri.  Generasi muda juga mempunyai sikap yang labil mudah berubah-ubah tidak menetap dan sering kali hanya mengikuti trend masa kini. Kebudayaan asing yang berdampak negative seperti, perilaku yang menyimpang contoh pemakain narkoba, pergaulan bebas, hubungan seksual yang tidak sesuai dengan umur dan tempat dan etika, penyimpangan seksualitas, cara berpakaian yang tidak sesuai dengan budaya Negara sendiri. Dampak kebudayaan asing juga sebagian bernilai positive dengan adanya alat komunikasi yang lebih canggih sehingga membuat kita lebih mudah untuk berkomunikasi dan mencari informasi dan untuk mengetahui hal-hal berkaitan dengan dunia luar, seperti pendidikan di Negara lain. Kebudayaan asing juga berdampak positive untuk kemajuan dalam berteknologi, sehingga masyarakat dapat lebih mengembangkan teknologi yang ada di Negaranya.











PERUBAHAN BUDAYA ASING BAGI KEBUDAYAAN BETAWI DAN ARSITEKTURNYA
Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang berkembang bersama dengan kebiasaan, pola
hidup, adat istiadat dan norma-norma yang berlaku pada suatu komunitas tradisional, implementasi bentuk dan coraknya beragam sesuai dengan tempat dimana ia berada, pengaruhnya dihasilkan dari kearifan local yang diwariskan secara turun temurun oleh para pendahulu komunitas tradisional sesuai ketentuan adat yang disepakati bersama, sebagai Negara yang memiliki banyak etnis Indonesia memiliki beragam bentuk arsitektur tradisional yang berkembang dari Sabang sampai merauke, di Indonesia bagian barat Aceh memiliki Rumoh Aceh, di Indonesia bagian tengah Toraja memiliki Rumah Tongkonan, dan di
Indonesia bagian timur Papua memiliki Rumah Honai, semuanya berkembang dan menjadi ciri khas dari daerahnya masing-masing. Setiap tempat yang menjadi lokasi sebuah karya seni bangunan akan selalu bercerita tentang kondisi yang melatarbelakanginya. Priyo
Pratikno (2011)
Jakarta sebagai ibukota negara juga memiliki rumah adat yang menjadi ciri khas kota nya, etnis Betawi yang hidup dan tinggal di Jakarta memiliki rumah tradisional Betawi, rumah tradisional Betawi berkembang dari tengah kota hingga daerah pesisir, bahkan berkembang juga pada kota-kota penunjang Ibukota, seperti Tangerang, Bekasi, dan Bogor, ini dikarenakan etnis Betawi yang menyebar kemudian mendirikan rumah tradisionalnya pada daerah-daerah yang didiami.
Sebagai ibukota negara, Jakarta tentunya tidak lepas dari perkembangan-perkembangan yang terjadi, modernisasi dan gaya hidup yang semakin kompleks kemudian ikut pula merubah arsitektur yang berkembang, arsitektur bergaya modern berkembang pesat dan lebih banyak dijumpai saat ini dibandingkan arsitektur tradisional yang menjadi ciri khas kotanya, arsitektur tradisional Betawi seolah hilang ditelan gedung-gedung tinggi dan mall-mall yang ada, serta kalah bersaing dalam perumahan-perumahan mewah dan real estate yang mayoritas bergaya arsitektur modern.
Ketenaran arsitektur modern tidak lepas dari penggunaan bahan material yang digunakan, bahan fabrikasi yang telah tersentuh teknologi menjadi keunggulan dari arsitektur modern, kesan kuat, rapi, indah, dan glamor menjadi sampul yang dapat jelas terlihat oleh masyarakat yang melihatnya, karena elastisitas dari material-material fabrikasi yang dapat dibentuk sesuai model dan kebutuhan yang diinginkan.
Di tengah pesatnya arus modernisasi yang terjadi di Jakarta, arsitektur tradisional Betawi masih dapat bertahan hingga saat ini, tidak dipungkiri tentu banyak perubahan yang terjadi pada arsitekturnya untuk dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang berkembang, hasil dari tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana rumah tradisional Betawi yang berada di kawasan Meruya Udik, Meruya Selatan, Jakarta Barat bertahan dan berkembang dengan perubahan material kekinian yang lebih unggul dibanding material tradisional yang sejak turun temurun telah digunakan oleh masyarakat Betawi.
Arsitektur Tradisional

Sebagai Negara majemuk yang memiliki berbagai macam etnis, Indonesia juga memiliki arsitektur tradisional yang terbentang dari sabang sampai merauke, arsitektur tersebut menjadi perlambang dan ciri khas dari masing-masing etnis di tiap daerah.

Arsitektur tradisional merupakan implementasi dari keseharian yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, tradisi membangun masyarakat untuk mewujudkan rumah tinggal yang sesuai dengan kebutuhan adat istiadat dari masing-masing daerah. Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat
yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup bersama. Menurut Myrtha Soeroto (2003,
Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia) Arsitektur tradisional merupakan identitas budaya suatu suku bangsa, karena didalamnya terkandung segenap peri kehidupan masyarakatnya. Jadi, setiap perubahan bentuk kehidupan masyarakat tradisional akan mempengaruhi arsitekturnya. Arsitektur tradisional mementingkan keserasian antara manusia, adat, dan alam, kearifan arsitekturnya terlihat dari penggunaan bahan material yang berasal dari alam, namun penggunaannya tetap diatur oleh adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat, ini dilakukan agar kelestarian alam tetap terjaga.
Ditengah arus globalisasi arsitektur dunia yang semakin meluas serta gencarnya pembangunan di segala sektor, menyebabkan pergeseran nilai serta filosofi dari arsitektur tradisional yang ada, sehingga wujud dari arsitektur tradisional itu sendiri ikut berubah mengikuti perkembangan yang terjadi, perubahan-perubahan tersebut tidak diimbangi oleh kemampuan untuk mempertahankan ketradisionalan yang dimiliki bangsa ini, sehingga banyak perumahan yang berkembang di suatu daerah tidak mengikuti ciri khas dari arsitektur tradisional daerah tersebut.
 Eko Budihardjo dalam bukunya Arsitektur Pembangunan dan Konservasi (1997), menganalisa secara kritis mengenai arsitektur dan konservasinya.
Globalisasi telah membuat kebudayaan setiap bangsa berada dalam proses transformasi terus menerus sehingga masyarakat menjadi semakin heterogen. Simbol, makna, dan bahasa arsitektur yang dulunya disepakati bersama dalam suatu komunitas tradisional, saat ini makin tidak tersepakati secara homogen. Pluralisme budaya memang akan menjadi ciri setiap bangsa industrial modern yang sedang bergerak maju dan menuntut setiap profesi agar semakin kreatif dengan penemuan dan ragam alternatif inovasi baru.
“Rahmat Faiz Abdullah dan Rahil M. Hasbi”

Faktor-faktor yang menyebabkan daerah tersebut menerima kebudayaan baru dalam bentuk arsitektur perumahan di dalam masyarakat betawi :
(1) Lantai tanah tidak lagi populer karena perawatannya yang sulit. Pemilik rumah menginginkan bagian teras menjadi lebih rapi dan nyaman karena teras adalah ruang tamu dan tempat untuk sosialisasi. Material yang digunakan adalah keramik, teraso atau sekedar plester semen.
(2) Bagian yang paling banyak berubah adalah dinding samping dan dinding teras, hal ini disebabkan karena pengaruh iklim sehingga material tersebut (kayu nangka atau kayu kecapi) lebih cepat melapuk, material pengganti yang dipilih adalah batu bata karena lebih kuat, tahan lama, dan mudah untuk dicari.
(3) Faktor budaya masyarakat Betawi yang senang bersosialisasi menyebabkan jaro kayu nangka dan kawat berubah menjadi tempat duduk dari bata dengan finishing keramik atau teraso
(4) Sulitnya mencari material kayu nangka atau kayu kecapi yang digunakan semenjak pembangunan rumah menyebabkan pemilik rumah memilih material modern yang lebih mudah dicari, kuat, praktis, dan efisien waktu renovasi.
(5) Pergeseran budaya dari budaya gotong royong menjadi budaya individualis, yang menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan material rekayasa karena lebih praktis. Penggunaan material alam membutuhkan gotong royong masyarakat dalam membangun sebuah rumah, sedangkan penggunaan material buatan/ rekayasa hanya membutuhkan beberapa orang tukang (lebih individual).
(6) Penempatan material khususnya kayu juga menjadi penyebab material berubah dan diganti, material kayu nangka pada interior dapat lebih lama bertahan dibanding material kayu nangka pada dinding luar, ia lebih cepat lapuk karena lebih sering terkena air hujan dan panas.
Kita masih dapat melastarikan dengan kebudayaan daerah kita dengan cara melestarikannya, seperti melestarikan bahasa tari tradisional, makanan dan rumah adat istiadatnya, dan kita juga dapat membangun komunitas kebudayaan itu, contohnya komunitas pencinta betawi, dengan cara itu kita dapat lebih memahami budaya kita sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar Tugas 9

Nama  : Intan Justitia Dewi Top of Form Bottom of Form Kelas  : I PA 12 NPM  : 18516337 The Great Blue Hole, Jurang Terdalam ...