Iva Dhiandra Ritmayola
1PA12
13516628
Mengapa generasi muda lebih mudah
menerima kebudayaan asing daripada generasi tua?
Alasan
generasi muda lebih mudah menerima kebudayaan asing daripada generasi tua salah
satunya dari pemikiran mereka sendiri. Generasi muda pikiran nya lebih terbuka
dan lebih modern. Para generasi muda juga lebih cepat mengetahui informasi
terbaru mengenai apa yang sedang terjadi dan yang terbaru saat itu. Generasi
muda juga lebih mudah mengakses berita terkini melalui berbagai sosial media. Dari
sanalah kaum muda melihat, menerima, bahkan mengikuti kebudayaan asing tersebut.
Contohnya, ada sebuah kebudayaan asing yang masuk ke indonesia, saat itu juga
sangat cepat diterima mentah-mentah oleh generasi muda tanpa memikirkan apa
manfaat yang mereka dapatkan. Terkadang lebih cepat budaya yang negatif yang
diterima daripada budaya positif. Pemikiran segelintir generasi muda juga masih
labil. Mereka banyak belum punya pendirian. Mereka tidak memikirkan resiko yang terjadi
setelah apa yang mereka lakukan terhadap masuknya budaya asing. Yang mereka
pikirkan adalah bagaimana caranya agar bisa menjadi remaja yang mengikuti tren budaya asing yang terjadi saat itu.
Maka dari itulah generasi muda lebih mudah menerima datangnya budaya asing dari
beberapa faktor seperti cara mereka mendapat informasi, dari pemikiran mereka
sendiri, dan juga tepengaruh oleh teman-teman mereka sendiri. Berbeda dengan
generasi tua yang punya pemikiran kuno, dan berpegang teguh pada kebudayaan
tertentu. Mereka akan menimbang-nimbang baik buruknya budaya asing yang datang.
Dari segi mendapatkan informasi budaya asing pun tidak semua generasi tua dapat
mengaksesnya, ada beberapa yang tidak mengerti teknologi. Generasi tua juga
lebih banyak memegang tradisi dan budaya bangsa sendiri. Mereka lebih banyak
ingin melestarikan budaya indonesia daripada mengikti budaya asing yang sedang
digandrungi oleh remaja. Datangnya kebudayaan asing ke indonesia juga lebih
disaring oleh para generasi tua. Apalagi bagi mereka yang sudah berkeluarga dan
memiliki anak, mereka akan lebih ketat dalam memilih informasi mengenai
kebudayaan asing. Tidak semua generasi tua juga mudah mendapatkan berita
terkini mengenai datangnya budaya asing. Bahkan mereka lebih sering mendengar
dari generasi muda terlebih dulu. Maka dari itu generasi tua lebih susah
menerima kebudayaan asing karena pemikiran mereka kuno, konsisten dan tidak
mudah terpengaruh.
Faktor penyebab
daerah menerima kebudayaan baru
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang
di tengah-tengah masyarakat lokal sebagai pendukungnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan kebudayaan Melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah etnis Melayu Jambi. Terjadinya asimilasi antara
kebudayaan tua di provinsi Jambi dengan hadirnya kebudayaan baru menjadikan
pergeseran nilai-nilai kebudayaan itu sendiri, yang mana setiap kebudayaan itu
bersifat dinamis akan perubahan, bahkan mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya
adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran
masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus
nilai-nilai kebudayaan yang telah terjadi di Provinsi Jambi dari masa ke masa.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jambi dewasa ini merupakan
gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian
seluruh lapisan masyarakat, hal ini diakibatkan arus modernisasi melalui media
komunikasi modern yang sangat baik. Dengan basis teknologi, komunikasi mampu
menjelajah kejadian di suatu tempat, dan dengan cepat dapat diketahui oleh
masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara
masyarakat-masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang
sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis
adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dengan cepat. Jadi setiap
masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.
Sedangkan pada masyarakat yang lainnya, dianggap sebagai masyarakat yang
dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan
tertentu. Menurut Gillin perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi
geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi maupun karena
adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat
Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial
adalah perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga
terbentuk tata
kehidupan sosial yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya,
hingga membawa pengaruh pada perubahan budaya di mana perubahan unsur-unsur
kebudayaan karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.
Unsur-unsur kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system
mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan
teknologi, bahasa, kesenian, serta ilmu pengetahuan.
Penyebarannya dalam
bentuk apa?
Kota Jambi alias kota istana terbentuk semenjak hadirnya kerajaan
Melayu Jambi
pada abad ke-18, di pinggiran Sungai Batanghari. Kota Jambi pun
dikenal sebagai kota sungai (riverfront city), yang memiliki keunikan
tersendiri. Keunikan tersebut timbul karena keberadaan Sungai Batanghari yang
membelah kota Jambi menjadi dua bagian kota, yaitu: kota yang berkembang dan
daerah seberang yang merupakan kantung (enclave) orang Melayu Jambi.
Kondisi tersebut menjadikan Kota Jambi seperti dua sisi mata koin;
antara
perkembangan peradaban dan pelestarian budaya lokal dengan sungai
Batanghari
sebagai batasnya. Hal ini terjadi karena Kota Jambi dibentuk oleh
kebudayaan material dan spiritual dari berbagai etnik, strata sosial, ekonomi
dan sistem pemerintahan pada masa lalu, yang dapat kita lihat pada
bentuk-bentuk bangunan dengan suasana, rona,
serta tata ruang pemukiman yang menyesuaikan dengan lingkungan
pinggiran sungai. Keberadaan
masyarakat asli Melayu Jambi di daerah seberang kota Jambi seperti suatu kantung tersendiri, karena kondisinya yang
berawa-rawa sehingga tidak perlu untuk
dikembangkan menjadi kota. Infrastruktur juga tidak perlu dikembangkan. Di satu
sisi menjadi tidak berkembang namun di sisi lain
justru merupakan wilayah yang masih terjaga
keasliannya. Telah dibangunnya jembatan Genta Arrsy sebagai penghubung makin membawa pengaruh yang kuat pada ketahanan keaslian
orang Melayu Jambi di wilayah seberang.
Karena kondisi di atas, kemudian pola tata ruang pada kawasan Jambi
menjadi
terbagi tiga, yaitu pola mengelompok, pola menyebar, dan pola
memanjang. Dengan pola tata ruang permukiman yang terbentuk terbagi menjadi
dua, yaitu pola lahan permukiman pinggiran sungai membentuk pola linier dan
pola lahan permukiman pada kawasan darat berbentuk grid yang orientasi
permukimannya cenderung mengarah pada jalan lingkungan. Masa dan bentuk
bangunan terbagi dua yaitu pola linier yang dibentuk oleh susunan permukiman
yang berkembang di pinggiran sungai Batanghari bagi masyarakat Melayu Jambi,
sedangkan pola grid dibentuk oleh pengaturan deret bangunan permukiman dan
pertemuan jalur-jalur sirkulasi pada kawasan darat.
Seluruh kampung di daerah seberang merupakan daerah rawa sehingga
bentuk
rumah penduduknya berupa rumah panggung dibuat dari bahan kayu,
walaupun saat ini ada beberapa yang sudah berubah dengan menggunakan bahan baku
permanen: batu merah, batako, dll. Dengan konstruksi tanah yang cenderung rawa,
maka pola tata ruang permukiman Melayu Jambi terbentuk dengan adanya jalan sungai,
pohon-pohon, bambu, atau pohon kelapa, dan jalan darat sebagai batas. Lapangan
dan masjid sebagai tempat berkumpul masyarakat biasanya terdapat pada pusat
desa. Keberadaan sungai Batanghari selain menjadi batas kebudayaan, bagi
masyarakat Melayu Jambi, menjadi sandaran sarana transportasi yang efektif guna
menyokong aktivitas perekonomian mereka. Rata-rata aktivitas perekonomian
Mayarakat Melayu Jambi bergerak di bidang, pertanian, perikanan, kerajinan,
berdagang, dll. Setiap daerah di kota Jambi memiliki potensi dan kearifan lokal
tersendiri dalam
pengolahannya. Meskipun demikian tidak ada istilah pembangunan
tidak merata yang sampai pada titik ekstrem, karena kondisi ekonomi masyarakat
Jambi secara keseluruhan di dukung oleh sektor yang berbeda namun memiliki
potensi yang sama kuat. Dan perbedaan konstruksi, tata ruang dan infra struktur
di Jambi bukanlah karena adanya diskriminasi pembangunan, melainkan karena
sikap dan pemahaman masyarakat Melayu Jambi yang kuat memegang adat dan budaya
nenek moyangnya.
Untuk generasi berikutnya, sebaiknya harus melihat dan belajar
dari masyarakat
Melayu Jambi dalam mengatur tata ruang dan bentuk bangunannya,
yang mana sampai saat ini masih dipertahankan meskipun perkembangan budaya di
sebrang sungai Batanghari (kota Jambi) secara perlahan berinovasi mengikuti
perkembangan zaman. Hal ini karena masyarakat Melayu Jambi memang telah
mempertimbangkan dan arif menyikapi kondisi alam dan lingkungan sosial
budayanya. Berdasarkan Cerita Rakyat Jambi, nama Jambi berasal dari perkataan
"jambe" yang berarti "pinang". Nama ini ada hubungannya
dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja
Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi.
Bagaimana anda
mempertahankan kebudayaan daerah?
Cara saya mempertahankan budaya daerah adalah dengan
memperkenalkan budaya daerah saya kepada masyarakat banyak agar budaya saya
lebih dikenal di kalangan masyarakat daerah lain. Dengan cara itu, suatu budaya
akan dapat bertahan karena kita lestarikan. Budaya tersebut senantiasa hidup
dan tidak akan dilupakan apalagi tergantikan. Suatu budaya yang hilang dan
tidak bertahan itu karena masyarakatnya juga tidak bangga untuk memperkenalkan
dan melestarikan budaya tersebut. Agar tidak terjadi hal itu, kita sendiri juga
harus bangga dan mencintai karena memiliki banyak sekali budaya yang ada. Kita juga
harus memiliki pemikiran yang terbuka dan kritis agar tidak menerima kebudayaan
yang datang tanpa pertimbangan. Bila perlu kita harus memajukan budaya lokal
yang kita punya. Kita harus menumbuhkan rasa semangat untuk mengembangkan
budaya daerah dan memperkenalkan budaya kita ke daerah lain bahkan ke negara
lain.
Bagaimana cara
agar tidak terpengaruh kebudayaan lain?
Cara saya sendiri agar tidak terpengaruh oleh
perubahan budaya adalah kita harus mencintai budaya sendiri. Kita harus
melestarikan budaya yang ada agar tetap bertahan dan tidak terganti oleh
budaya-budaya lain yang belum tentu baik untuk kita. Kita harus cermat dalam
memilih mana budaya yang berdampak positif dan negatif agar terhindar dari
pengaruh budaya yang tidak baik untuk kehidupan kita. Selain itu kita harus
cinta dengan hasil karya bangsa sendiri. Karena dari sana kita dapat belajar
dan menguasai kebudayaan indonesia dan merasa bangga akan apa yang bangsa ini
miliki. Kebudayaan baru yang datang ada yang berpengaruh baik ada juga yang
buruk. Untuk kebudayaan yang baik, kita dapat menyaring informasi dari
kebudayaan tersebut dan dapat kita tiru agar kita juga memiliki pengetahuan
budaya yang baru. Namun untuk terhindar dari kebudayaan baru yang berdampak
buruk bagi kehidupan bangsa, kita semua harus membekali pengetahuan budaya
kita, kita harus mencari tahu apa penyebab kebudayaan itu berdampak buruk, kita
harus tau darimana kebudayaan itu berasal agar kita dapat berfikir lebih matang
dan tidak terpengaruh untuk mengikuti kebudayaan baru yang negatif tersebut. Intinya
kita harus menjaga diri dan membentengi diri dengan pengetahuan agar terhindar
dari kerugian terpengaruh oleh kebudayaan baru.
Daftar Pustaka
http://eprints.uny.ac.id/21984/1/70%20Fachruddiansyah%muslim.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar