Nama : Rani maharani
Npm : 16516075
Kelas : 1PA 12
FENOMENA HALO MATAHARI
Apa
itu fenomena halo matahari?
Merupakan
fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber matahari
(seperti berbentuk mata/optik) dan disekitarnya ada warna-warni seperti
pelangi, terjadi lagi di kota Pontianak ibukota propinsi Kalimantan Barat,
tepatnya hari Jum’at tanggal 11 Juni 2010 antara jam 09:30 – 11:30 wib. Fenomena
halo (lingkaran cahaya) alam seperti ini, sebelumnya juga pernah/sering terjadi
di berbagai daerah dibelahan bumi ini, seperti di Bandung dan Jakarta, terjadi
pada tanggal 27 September 2007. di Sumatra Barat, tanggal 30 September 2009,
setelah peristiwa gempa, fenomena optik ini berlangsung selama 2 minggu, dan
diwaktu malam juga terjadi bulan purnama dengan cincinnya, di Tawau dan Pahang
Malaysia juga pernah terjadi pada tahun 2008; di German pada tanggal 12
Desember 2004 terjadi fenomena “Halo” Bulan bahkan fenomena halo Matahari ini
sering juga terjadi di benua Eropa dan Amerika,
2 kali dalam seminggu.
Bagaimana Hal ini Bisa Terjadi?
Halo,
dalam bahasa dan tulisan Latin ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole.
Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber
cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari
terang di siang hari. Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi
cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus,
awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10
km dari permukaan bumi. Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di
sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran
seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih
sering terjadi di langit. Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo
dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi
oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan
cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia
melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari.
Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent
arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah
matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas
kristal tersebut. Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti
helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis.
Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.
Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam
posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin
kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan,
dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh
kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun. Saat awan
cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang
terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat,
bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti
halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan
dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat
menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya. Refleksi yang
terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya
terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi
medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut
tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin,
memantulkan bayangan isi akuarium.
Prakirawan
dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana,
menyebutkan bahwa fenomena halo merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi di
seluruh muka bumi. Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik
ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis
cirrus. “Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti
pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya
dengan cuaca,” kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia
ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung. Ia menyebutkan, fenomena halo
mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena
itu sering terjadi. Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan
bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran
separuh dengan pusat pada cahaya matahari.
Bahayanya halo matahari
Susiana
menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran
sinar matahari. “Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu
memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau
cermin,” katanya. Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan
menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik
melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam
lensa fokus dan bisa merusak retina mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar